TARAKAN – Gerindra Provinsi Kaltara akhirnya resmi menyerahkan B1KWK kepada lima kandidat paslon yang akan bertarung di Pilkada 2024. Khusus Kota Tarakan, Gerindra memberikan dukungan kepada pasangan dr Khairul-Ibnu Saud.

Penyerahan B1KWK diberikan DPW Gerindra Provinsi Kaltara. Pasangan Khairul-Ibnu Saud (Kharisma) juga ikut menerima B1KWK dari Gerindra Provinsi Kaltara.
Dikatakan Ibnu Saud, Ketua DPW Gerindra Provinsi Kaltara, keputusan pemberian dukungan usungan kepada paslon ini tentu ada pro dan kontra.

“Pasti ada yang happy dan unhappy. Ada yang marah dan emosi itu saya rasa itu hal natural. Di parpol lain juta begitu. Tapi apapun keputusan itu harus diambil. Dan kepada kader, apapun itu keputusan DPP maka harus diamankan dan dilaksanakan sesuai petunjuk partai,” tegas Ibnu Saud.

Karena kader Gerindra, berorganisasi dan harus satu komando. Jangan sampai ada prasangka di belakang hari.
“Ini penting. Agar kita semua berada di kesatuan yang sama. Pimpinan yang ambil keputusan tidak mungkin mencelakakan organisasi. Jadi hari ini (tadi malam) diserahkan itu semuanya. Jadi kami serahkan B1 Persetujuan Parpol KWK sebenarnya sudah keluar kemarin di Jakarta. Dan malam ini menjawab semua spekulasi terkait Gerindra,” terangnya.
Sebagaimana diketahui, dukungan untuk Gubernur juga sudah diserahkan juga. Yakni mendukung Zainal Paliwang dan Ingkong Ala.
Kembali disinggung mengenai adanya dinamika dalam konstelasi pilkada 2024 tahun ini, di provinsi dan daerah yang dipandang seirama.
Ia menjelaskan bahwa misalnya di Tarakan semisal ada yang mendukung calon lain, itu hal yang lumrah. “Kalau di Gerindra, saya calon gubernur saya bersama Hanura, bersama NasDem, yang ke Pak Paliwang pasti akan menggelorakan dua periode itu. Tapi yang lainnya misalnya Demokrat, ya sesuai keputusan mereka. PDIP ya pasti ada juga. Tapi mereka (Demokrat dan PDIP) mendukung Khairul juga,” ujarnya.
Jadi lanjut Ibnu Saud, pasti ada dinamika dan menurutnya itu konsekuensi logis dari adanya calon tunggal. Dimana kekuatan seluruhnya berada di satu poros.
Ia melanjutkan lagi, ia sendiri berpasangan dengan Khairul menanggapi isu kotak kosong (kokos), Ibnu Saud menjelaskan dari sisi terminologi di dalam UU tidak ada istilah itu (kokos). Yang ada hanyalah calon. Karena sekarang hanya ada satu calon maka disebut calon tunggal.
“Yang kamu pahami di sini calon tunggal. Saya tida dapat berkomentar terkait calon yang tidak ada. Itu sebenarnya spekulasi. Yang fakta, kan ada calon tunggal. Opsi pemilih ada,” ujarnya.
Ia menambahkan lagi, calon tunggal justru menghindari polarisasi dan perpecahan. Ini menurutnya jalan keluar yang baik.
“Saya sendiri tidak dalam posisi underpresure. Ini adalah keputusan yang sangat realistis dan objektif diambil pimpinan kami di Jakarta,” tukasya. (*)