Facesia.comFacesia.comFacesia.com
Font ResizerAa
  • HOME
  • NEWS
    • NASIONAL
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • DPRD
    • DPD RI
    • DPRD KALTARA
    • DPRD TARAKAN
    • DPRD BULUNGAN
    • DPRD NUNUKAN
    • DPRD MALINAU
    • DPRD KTT
  • TNI POLRI
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • FACETIGASI
  • OPINI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Reading: Menjemput Keajaiban di Mihrab Ramadhan
Share
Font ResizerAa
Facesia.comFacesia.com
  • FACE TV
  • OFFICIAL
  • HUKRIM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • NASIONAL
  • INTERNASIONAL
  • ADVETORIAL
Search
  • HOME
  • NEWS
    • NASIONAL
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • DPRD
    • DPD RI
    • DPRD KALTARA
    • DPRD TARAKAN
    • DPRD BULUNGAN
    • DPRD NUNUKAN
    • DPRD MALINAU
    • DPRD KTT
  • TNI POLRI
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • FACETIGASI
  • OPINI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Follow US
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Policy
  • Redaksi
  • Karir
© 2025 Facesia.com
Advetorial

Menjemput Keajaiban di Mihrab Ramadhan

redaksi
redaksi
Published: 28 Maret 2025
Share
5 Min Read
SHARE

Oleh: Dr. Syamsuddin Arfah, M.Si



“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku…” (QS. Al-Baqarah: 186)

Ramadhan bukan sekadar ritual, melainkan momentum transformasi. Ia adalah mihrab pertaubatan, ruang kontemplasi, dan medan perubahan. Dalam dekapnya, doa mengalun lebih syahdu, harapan meretas batas logika, dan langit seolah lebih dekat. Inilah momentum emas—saat ruh bergetar dalam ketundukan, saat doa menjelma wasilah keajaiban.



Sejarah mencatat, momentum adalah kunci. Lihatlah kisah keluarga Imran: keluarga yang tak sekadar bernasab mulia, tetapi menanam visi peradaban. Istri Imran berharap anak lelaki sebagai penjaga Baitul Maqdis, tetapi Allah menganugerahinya Maryam—seorang perempuan suci yang kelak melahirkan Nabi Isa AS. Allah tidak selalu memberi sesuai pinta, tetapi selalu menganugerahkan yang terbaik.



Maryam tumbuh dalam pengasuhan Nabi Zakariya, seorang lelaki yang bertahun-tahun merindu keturunan. Setiap kali ia masuk ke mihrab Maryam, ia mendapati rezeki yang tak lazim. Maryam menjawab dengan ketenangan tauhid, “Ini dari Allah.”

Jawaban itu mengguncang kesadaran Zakariya. Jika Allah mampu memberi tanpa sebab yang kasat mata, mengapa ia ragu akan doa yang selama ini ia panjatkan? Di tempat itu, Zakariya mengangkat tangan, memohon dengan sepenuh jiwa:

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (QS. Ali Imran: 38)

Mustahil di mata manusia, tetapi tidak di hadapan-Nya. Allah mengabulkan doa Zakariya. Istrinya yang telah sepuh dan mandul melahirkan seorang putra: Yahya, bukan sekadar anak, tetapi seorang nabi.

Mihrab Ramadhan, Gerbang Keajaiban

Ramadhan adalah Hunalika kita—seperti mihrab Maryam bagi Zakariya. Di sinilah doa menemukan puncak kekhusyuannya. Jika harapan masih terasa jauh, jika impian tertahan di antara ketidakmungkinan, inilah saatnya mengangkat tangan, berserah dengan sepenuh pengharapan.

Lihatlah Kalimantan Utara—daerah yang kaya akan potensi, tetapi masih menyimpan banyak ironi sosial.

Di ruang-ruang kelas yang sederhana, guru-guru TK, SD, dan SMP tetap berdiri mengajar dengan penuh dedikasi. Mereka tak pernah meminta lebih, hanya berharap hak mereka tidak diabaikan. Namun, tahun ini, insentif mereka tidak terakomodasi, sementara para guru honorer dan P3K harus menghadapi pemotongan TPP (Tunjangan Penghasilan Pegawai) yang tak mereka duga. Mereka bertahan bukan karena gaji, tetapi karena panggilan jiwa. Lalu, kepada siapa mereka bersandar jika bukan kepada Sang Pemilik Ilmu?

Di pabrik-pabrik dan perusahaan, buruh dan pekerja menghadapi ketidakpastian. Upah yang mereka terima tak selalu sebanding dengan tenaga yang mereka curahkan. Beberapa bahkan dirumahkan tanpa kejelasan nasib, sementara harga kebutuhan pokok terus merangkak naik. Di antara keringat dan kelelahan, mereka berdoa, berharap ada kebijakan yang lebih berpihak.

Di meja-meja administrasi, sejumlah pekerja menatap laporan BPJS Ketenagakerjaan yang tertunggak. Bukan karena mereka lalai, tetapi karena ada celah kebijakan yang menghambat hak mereka. Akibatnya, jaminan kesehatan yang seharusnya menjadi hak mereka kini menjadi beban yang harus mereka tanggung sendiri. Mereka hanya bisa berikhtiar, berharap ada keadilan yang masih berpihak kepada mereka.

Di pasar-pasar tradisional, di pusat perbelanjaan, di outlet-outlet pakaian, para pedagang menghadapi realitas yang semakin berat. Dagangan mereka semakin sepi, omzet menurun drastis, sementara toko-toko daring terus menguasai pasar tanpa regulasi yang seimbang. Persaingan ini bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga pertaruhan nasib ribuan keluarga yang menggantungkan hidup pada usaha kecil.

Di antara mereka ada yang diam, ada yang bertanya, ada pula yang berdoa. Doa yang lirih, namun penuh harap. Seperti doa Zakariya di mihrabnya. Seperti doa Maryam dalam kesendiriannya.

Ramadhan adalah jawaban bagi hati yang resah. Sebagaimana Zakariya menjadikan mihrabnya sebagai titik tolak keajaiban, mari jadikan Ramadhan sebagai momentum emas. Kita tidak sekadar berdoa, tetapi meyakini bahwa di antara malam-malamnya tersimpan jawaban atas harapan-harapan yang terpendam.

Ramadhan telah mengajarkan kita bahwa keajaiban bukan hanya tentang sesuatu yang luar biasa, tetapi juga tentang bagaimana Allah menggerakkan hati manusia menuju kebaikan. Jika kebijakan masih belum berpihak, jika hak-hak masih tertahan, jika keadilan masih terasa jauh, maka doa adalah senjata terakhir yang tak bisa dibungkam.

“Ya Rabb, sebagaimana Engkau mengabulkan doa Zakariya, karuniakanlah kepada kami keajaiban di Ramadhan ini. Karuniakan keadilan bagi negeri ini, kemakmuran bagi rakyatnya, dan keteguhan hati bagi mereka yang memperjuangkannya.”

Allahu a’lamu bis-shawab. (***)

Print Friendly, PDF & Email
Share This Article
Facebook Copy Link Print

Pencarian

Berita Terbaru

  • Kapolda Kaltara Ajak Ratusan Ojek Online Jaga Kamtibmas, Deklarasi Damai Digaungkan di Tarakan 19 Oktober 2025
  • Jaga Kondusifitas Kaltara, Kapolda Djati Gandeng Serikat Buruh 18 Oktober 2025
  • Kabidpropam Kaltara Pimpin Gaktibplin di Polres Tana Tidung, 25 Anggota Dites Urine 16 Oktober 2025
  • Kabidpropam Kaltara Beri Warning Keras Siswa Bintara Angkatan 53 dan Staf SPN Malinau 16 Oktober 2025
  • DPRD Kaltara Kawal Rp 53 Miliar DAK, Desak Kejelasan KRIS dan Audit Parkir RSUD Jusuf SK 16 Oktober 2025
- Advertisement -

Advetorial

PT PRI Bekali Mahasiswa UBT di Acara Seminar K3 
ADVETORIAL
MODENA Perkenalkan Chest Freezer Terbaru, Solusi Andal untuk Berbagai Sektor Usaha
ADVETORIAL
PRI Peduli: Gelar Pengobatan Gratis dan Bagikan Bingkisan Natal
ADVETORIAL
Perayaan Nataru di Gereja HKBP Tarakan Berlangsung Semarak, Gubernur Ajak Warga Kaltara Tingkatkan Toleransi dan Kerjasama
ADVETORIAL

Berita Terhangat

OPINI

Mati Suri PERUSDA Nunukan, Warisan Kegagalan Tata Kelola dan Hilangnya Potensi Daerah

29 Agustus 2025
OPINI

Pleno Tanpa Makna

27 Agustus 2025
OPINI

Strategi Komunikasi Pemasaran Ramita Batik Lulantatibu Produk Lokal Nunukan dalam Peningkatan Penjualan

22 Juli 2025
DPRD NUNUKANOPINI

DOB Sebatik Solusi Negara, Bukan Sekadar Wacana Daerah

9 Juli 2025
Previous Next
Facesia.comFacesia.com
© 2025 Facesia.com
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Policy
  • Redaksi
  • Karir
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?