TARAKAN – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) secara rutin memperingati Bulan Bung Karno setiap Juni. Agenda tahunan ini bukan sekadar momen untuk mengenang proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia, tetapi juga menjadi ruang refleksi mendalam atas nilai-nilai kebangsaan yang ia perjuangkan.

Anggota DPRD Tarakan dari fraksi PDI Perjuangan, H. Saparudin, menegaskan bahwa semangat nasionalisme yang diwariskan oleh Soekarno tetap relevan dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan kebangsaan saat ini. Baginya, Bulan Bung Karno lebih dari sekadar rutinitas seremonial, ia adalah panggilan moral untuk kembali memahami dan mengamalkan gagasan kebangsaan yang inklusif dan berkeadilan.


“Bung Karno adalah tokoh yang hidup sepenuhnya untuk rakyat dan bangsanya. Nasionalisme yang beliau tanamkan bukan bersifat slogan saja, tapi nyata dalam kerja, kebijakan, dan perjuangannya,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa nilai-nilai ini seharusnya tidak berhenti pada tataran historis semata, melainkan harus tertanam kuat dalam praktik kehidupan sehari-hari masyarakat maupun para penyelenggara negara.
Menurut Saparudin, peringatan Bulan Bung Karno, yang meliputi tiga momen penting—1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila, 6 Juni hari kelahiran Soekarno, dan 21 Juni hari wafatnya—merupakan momentum krusial untuk merefleksikan kembali arah bangsa. Hal ini terutama penting dalam menjaga keutuhan, semangat gotong royong, dan keadilan sosial.
“Jangan sampai warisan intelektual dan ideologis Bung Karno hanya dibacakan dalam pidato-pidato formal. Kita harus menjadikannya sebagai panduan dalam bersikap, berpikir, dan bertindak, baik dalam lingkup politik, ekonomi, maupun sosial,” tegasnya.
Anggota Komisi I DPRD Tarakan inu juga menyoroti bahwa di tengah tantangan globalisasi dan krisis identitas kebangsaan, nilai-nilai yang diajarkan Bung Karno seperti berdikari dalam ekonomi, berdaulat dalam politik, dan berkepribadian dalam budaya perlu terus dihidupkan.
“Itulah bentuk nasionalisme yang konkret, bukan nasionalisme simbolis saja,” tambahnya.
Bagi Saparudin, peringatan Bulan Bung Karno tidak hanya menyasar kader partai atau simpatisan, melainkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Ia berharap peringatan ini menjadi ruang edukasi kebangsaan, khususnya bagi generasi muda agar tidak tercerabut dari akar sejarah bangsanya.
“Dengan merefleksikan perjuangan Bung Karno, mari jadikan nilai-nilai kebangsaan bukan hanya sebagai kenangan masa lalu, tetapi sebagai kompas moral dalam menjawab tantangan masa depan,” pungkasnya. (Sha)