
TARAKAN – Maraknya kasus kekerasan dan pelecehan seksual di Kota Tarakan menjadi isu yang tak pernah habis dibahas, pelaku aksi bejat tersebut terus bermunculan tiap tahunnya.




Sepanjang 2025 ada banyak kasus pelecehan seksual dengan berbagai korban, mulai dari anak kecil hingga dewasa, bahkan tahun lalu menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Tarakan mencatat 150 kasus kekerasan dan pelecehan seksual, tertinggi di Kalimantan Utara (Kaltara).
Menanggapi hal itu, Ketua DPRD Tarakan, Muhammad Yunus memberikan usulan berupa memasukkan edukasi seks ke dalam kurikulum sekolah dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).



“Edukasi seks bukan berarti mempelajari hal vulgar, tapi pemahaman dasar batasan tubuh hingga perlindungan diri agar tidak ada korban lagi kedepannya, itu penting dimasukkan dalam pembelajaran SD hingga SMP,” ujarnya.



Menurutnya, penegakan hukum tidak semerta jadi satu-satunya solusi pencegahan pelecehan seksual, pendidikan dari lingkungan rumah dan sekolah juga diperlukan sebagai upaya memberi pemahaman akan tak pantasnya tindak tersebut.



“Tidak bisa hanya mengandalkan penegakan hukum, sedari dini anak harus dibekali pengetahuan tentang edukasi seks, bukan hanya untuk melindungi diri tapi juga untuk tidak menjadi pelaku di kemudian hari, itu juga penting,” jelasnya.



Dirinya menyayangkan pembahasan edukasi seks yang masih dianggap tabu untuk disampaikan ke anak-anak, padahal itu modal penting untuk membentuk karakter dan pengambilan keputusan anak di kemudian hari ketika berhadapan dengan situasi pelecehan seksual.



“Dengan edukasi seks di kurikulum sekolah, dampaknya tidak hanya dirasakan saat masih anak-anak, tapi saat dewasa juga punya kecenderungan untuk melindungi diri dari kejahatan pelecehan, dan itu bisa menekan jumlah kasusnya,” terangnya.
Walau baru sebatas wacana, dirinya menyeriusi dan berencana menyusun program tersebut dalam rapat resmi bersama anggota DPRD dan stakeholder terkait lainnya, Ia berharap edukasi seks di sekolah tak hanya sekali dua kali dilakukan, tetapi terikat dalam kurikulum yang berkelanjutan.
“Ini tantangan besar karena menyangkut generasi muda di masa depan, kita coba kawal dan usulkan ini, akan ada pembahasan lebih lanjut terkait edukasi seks di kurikulum sekolah,” tutupnya. (**)