TARAKAN – Pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di Gunung Bata, Sebengkok mendapat protes dari warga sekitar. Selain lokasi yang dianggap tidak strategis karena terletak di tengah pemukiman warga, TPS3R ini juga belum memiliki fasilitas yang memadai.

Pengoprasian TPS3R yang dimulai sejak 1 Agustus ini menimbulkan banyak masalah di lingkungan warga sekitar. Selain lokasi yang terletak di atas gunung, tak jarang menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Tempat penampungan limbah sampah pun belum ada. Sehingga jika dilakukan penyiraman maka limbah sampah akan mengalir ke jalan raya dan tergenang di depan warung makan warga sekitar. Bukan hanya itu beberapa fasilitas pendukung lainnya seperti tempat tadah air (profil) belum ada, talang tidak ada, bahkan listrik masih menumpang dari bangunan warga.
Mengetahui banyaknya permasalahan di TPS3R, Komisi III DPRD Kota Tarakan langsung mengunjungi lokasi tersebut, Rabu (24/8/2022) pagi tadi. Kunjungan lapangan yang dilakukan komisi III untuk melihat langsung permasalahan yang terjadi di lokasi tersebut.

Usai meninjau TPS3R Sebengkok, Ketua Komisi III Hanafiah menuturkan, jika dilihat kondisinya, pengoperasian TPS3R ini tidak begitu siap. Fasilitas pendukung masih sangat minim, petugas juga hanya 2 orang sehingga keteteran dalam menjalankan tugas. Bahkan tempat ini belum memiliki KWH sendiri sehingga menumpang dengan warga sekitar.

“Kemudian seiring berjalannya waktu muncul masalah lain seperti pembersihan sisa sampah. Pembersihan masih sangat minim karena hanya satu kali dalam sehari. Itu pun dilakukan oleh DLH bukan dari petugas yang berjaga di TPS3R tersebut. Sehingga bau busuk masih tinggal karena pembersihan tidak maksimal,”jelasnya.
Mengenai masalah warga yang tidak setuju dengan pembangunan TPS3R Sebengkok, Hanafiah mengaku baru mengetahui permasalahan ini. Hal ini disebabkan karena adanya pergeseran anggota komisi beberapa bulan lalu.
“Anggota Komisi 3 ini kan baru, dari pengakuan warga, mereka pernah menyurat untuk RDP terkait pembangunan TPS3R di situ. Namun seiringnya waktu, hingga pembangunan TPS3R ini selesai, keluhan warga ini tidak mendapat tanggapan,”akunya.
Politisi Gerindra ini pun mempertanyakan surat dari warga tersebut kenapa tidak mendapat tanggapan dari DPRD. Akan tetapi, Hanafiah menegaskan akan menanggapi secara serius permasalahan ini. Dalam waktu dekat akan dilakukan RDP dengan mengundang warga dan instansi terkait guna mencari solusi terbaik.
“Kami juga belum tahu apakah surat ini tidak sampai atau bagaimana. Namun hari ini saya sebagai ketua komisi kami akan tanggapi serius. Apa yang kami lihat di lapangan tadi, ketika dilakukan penyiraman maka air itu mengalir ke jalan raya hingga tergenang di depan warung warga. Hal seperti ini yang akan dicarikan solusi agar kenyamanan warga sekitar dapat diminimalisir. Iin perlu tindakan bijak dan cepat dari DLH sendiri,”ungkapnya.
“Masalah ini akan terus di folloup minimal hingga semua keluhan warga dapat teratasi agar TPS3R yang sudah siap itu bisa beropasi tanpa menganggu kenyamanan warga sekitar termasuk toko dan warung. Agar semua tidak dirugikan. Dalam waktu dekat akan ada RDP,”tegasnya.
Mengenai keberadaan TPS3R, menurut Hanafiah harus lebih disosialisasikan lagi ke warga. Bahwa TPS3R ini bukan tempat pembuangan akhir sampah. Itu hanya depo transfer untuk penglolaan sampah.
“Nanti sampah ini akan dipilah, sampah mana yang bisa di olah, itu bisa menghasilkan uang. Sampah yang sudah tidak dapat diolah akan diangkut dan buang ke TPA. Itu yang harus dibetulkan dahulu. Jika TPS3R ini adalah persepsi warga sebagai tempat pembuangan akhir sampah maka masalah ini tidak akan selesai,”tuturnya.
Rahmat Darmawan, Perwakilan Warga Sebengkok yang datang ke lokasi TPS3R mengadukan keluhannya secara langsung kepada Anggota DPRD. Menurutnya, pemeritah sudah buta tuli terhadap masalah ini.
“Waktu masih pembangunan sekitar bulan Desember lalu, kami sudah protes dan tidak ditanggapi sama sekali. Pemangku kepentingan dari bawah ke atas semua sudah di surati, tidak ada tanggapan. Sebelumnya juga tidak ada sosialisasi untuk pembangunan TPS3R ini. Tidak ada plang pembangunan. Pembangunan dilakukan malam hari seperti main kucing-kucingan dengan warga sekitar,”tuturnya.
Setelah beroprasi pada 1 Agustus lalu, lanjut Rahmat, banyak menimbulkan masalah. Selain kecelakaan lalu lintas karena posisi TPS3R ini pas tanjakan, limbah dari pembersihan sisa sampah juga mulai meresahkan warga.
“Informasi awal limbah dari pembersihan sampah akan dibuatkan tempat penampungan namun fakta di lapangan limbah sampah hanya disiram ke arah jalan raya sehingga tergenang di depan warung makan warga sekitar. Bukan hanya itu, jika TPS3R ini sudah tutup, sampah mulai berserakan di pinggir jalan dan menimbulkan bau yang menyengat,”ungkapnya.
Ia pun berharap pemerintah dapat memindahkan lokasi TPS3R agak jauh dari pemukiman warga. “Kami tetap dukung program pemerintah. Namun bukan di situ tempatnya. Carilah tempat yang agak jauh dari pemukiman warga seperti di dekat pemancar samping PLN, di situ kan tanah pemerintah dan tidak ada pemukiman. Bukan di samping rumah penduduk. Itu saja harapan kami. Tolong dipindahkan,”harapnya.
Jika harapan ini tidak ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan, ia akan mengumpulkan tanda tangan dari warga yang menolak dan akan memblokir TPS3R ini.
“Kami sudah meminta dengan baik namun tidak mendapat tanggapan dari pemangku kebijakan. Kami akan mengumpulkan tanda tangan warga yang menolak TPS3R ini, kami akan blokir,”pungkasnya.(sha)