
TARAKAN – Semangat Kartini kembali berkobar di Kota Tarakan melalui sosok inspiratif dr. Yuli Indrayani. Tak hanya mengabdikan diri di dunia kesehatan sebagai seorang dokter, ibu Bhayangkari, dan ibu rumah tangga, perempuan kelahiran 18 Mei 1983 ini kini mantap menorehkan jejak di kancah politik. Langkahnya membuktikan bahwa dedikasi untuk masyarakat tak mengenal batas profesi maupun peran.




Mengawali kiprahnya di DPRD Tarakan dari Daerah Pemilihan (Dapil) Barat, dr. Yuli tak menampik adanya tantangan besar di awal perjalanannya. “Banyak orang belum mengenal nama saya, meskipun latar belakang saya sebagai dokter dan pemilik klinik kecantikan,” ungkapnya. Namun, bagi perempuan yang ternyata telah memiliki pengalaman berorganisasi di partai politik sejak 2014, tantangan ini justru menjadi pelecut semangat.
Sempat vakum dari dunia politik demi fokus pada kehamilan dan keluarga, panggilan untuk berkontribusi lebih luas bagi masyarakat akhirnya menguatkan langkahnya. Bergabung dengan Partai Golkar pada awal 2023, dr. Yuli mengungkapkan alasannya terjun ke dunia politik didorong oleh minimnya representasi perempuan di parlemen. “Perempuan Indonesia itu hebat-hebat, hanya saja seringkali tidak berani tampil. Keterlibatan perempuan di parlemen penting untuk mewakili suara perempuan,” tegasnya.



Baginya, profesi dokter dan politisi bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan seiring sejalan. Jika sebagai dokter ia membantu individu dalam lingkup terbatas, maka melalui jalur politik, ruang geraknya untuk memberikan dampak positif bagi banyak orang menjadi lebih luas. “Profesi dokter tujuannya membantu banyak orang. Di dunia politik, saya merasa bisa membantu lebih banyak orang lagi,” tuturnya penuh semangat.



Lebih dari sekadar membantu, dr. Yuli juga ingin memotivasi perempuan lainnya untuk berani tampil dan berkontribusi. “Dokter pun bisa berpolitik. Perempuan harus punya suara di parlemen, karena masih banyak hak perempuan yang belum sepenuhnya terakomodasi. Kesetaraan gender yang diagungkan dahulu, kenyataannya di dunia nyata masih jauh,” paparnya dengan nada prihatin namun penuh harapan.



Kendati baru setahun mengemban amanah sebagai anggota DPRD Tarakan, dr. Yuli telah menunjukkan keseriusannya dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat. Sebagai Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Kota Tarakan, sebuah mandat yang ia terima langsung dari Ketua Umum, ia bertekad untuk memberdayakan perempuan di bidang kewirausahaan.



“Dengan pencapaian itu, saya berharap bisa memotivasi perempuan di luar sana bahwa kita punya kemampuan lebih jika kita mau berusaha,” ujarnya optimis.



Perjalanan menuju kursi legislatif bukanlah hal yang mudah. Dengan perolehan 1.700 suara di Dapil Barat, dr. Yuli harus bersaing ketat dengan incumbent dan kandidat lain dari berbagai partai. Namun, keyakinannya bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil menjadi modal utamanya. “Walaupun sangat berat sekali,” kenangnya.
Sejalan dengan semangat Hari Kartini, “Habis Gelap Terbitlah Terang,” dr. Yuli melihat momentum ini sebagai pengingat akan pentingnya peran perempuan dalam pembangunan. Meskipun kuota 30 persen keterwakilan perempuan di parlemen belum sepenuhnya tercapai, ia mengapresiasi peningkatan jumlah perempuan yang menduduki 20 persen kursi DPRD Tarakan saat ini.
“Ini menunjukkan bahwa perempuan punya potensi yang sama besarnya dengan laki-laki,” katanya.
Sebagai seorang dokter yang dididik untuk selalu siap membantu, dr. Yuli membawa nilai-nilai tersebut ke dalam dunia politik. “Dengan basic itu, saya berani terjun ke dokter politik. Kalau dokter umum terbatas bantuannya, terjun di politik tidak hanya kesehatan yang bisa dikerjakan, tapi juga bidang olahraga, seni, pendidikan,” jelasnya.
Alumni Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar ini berharap dapat menjadi figur yang menginspirasi perempuan lain untuk berani bermimpi dan bekerja keras. Pendidikan kedokteran yang ditempuhnya sejak tahun 2007, atas dorongan orang tua yang melihat profesi dokter sebagai pekerjaan mulia, kini menjadi landasannya dalam mengabdi kepada masyarakat melalui jalur yang berbeda.
Untuk sementara waktu, kesibukan sebagai wakil rakyat mengharuskan dr. Yuli menghentikan praktik klinik kecantikan dan praktik umumnya. Namun, panggilan kemanusiaan sebagai dokter tetap melekat dalam dirinya.
“Kalau ada tetangga sakit, keluarga, atau kegiatan baksos dari kesatuan yang membutuhkan dokter, saya siap membantu,” ujarnya.
Menjalani peran baru sebagai politisi perempuan dengan segudang agenda, dr. Yuli terus beradaptasi dan belajar. Semangat Kartini yang gigih dan pantang menyerah menjadi inspirasi baginya untuk terus berkontribusi dan memperjuangkan aspirasi masyarakat Tarakan. Kisah dr. Yuli Indrayani adalah cerminan bahwa perempuan, dengan segala potensi dan perannya, mampu menerangi panggung politik dan membawa perubahan positif bagi bangsa dan negara. (nri)