Facesia.comFacesia.com
Notification Show More
Latest News
Ketersediaan Beras di Kaltara Aman Hingga 6 Bulan ke Depan
PEMPROV KALTARA
Pimpin Evaluasi Kinerja Personel, Ini Beberapa Penekanan Kapolda Kaltara
NEWS
Komitmen Ciptakan Iklim Ketenagakerjaan yang Adil
PEMPROV KALTARA
 Jaga Netralitas ASN dalam Pemilu 2024
PEMPROV KALTARA
Buka Kelas Pemuda Anti Korupsi, Gubernur : Integritas Perlu Dimiliki Setiap Orang
PEMPROV KALTARA
Aa
  • HOME
  • NEWS
    • POLITIK
    • NASIONAL
    • NUSANTARA
    • INTERNASIONAL
  • GAYA HIDUP
    • FASHION
    • WISATA
    • TEKNOLOGI
  • OPINI
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • FOTO
  • INFOGRAFIK
  • VIDEO
  • FACETIGASI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Reading: Kasus Positif Covid-19 Diprediksi Bisa Tembus Satu JutaHari Ini
Share
Aa
Facesia.comFacesia.com
  • FACE TVFACE TVFACE TV
  • OFFICIAL
  • HUKRIM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • NASIONAL
  • INTERNASIONAL
  • ADVETORIAL
Search
  • HOME
  • NEWS
    • POLITIK
    • NASIONAL
    • NUSANTARA
    • INTERNASIONAL
  • GAYA HIDUP
    • FASHION
    • WISATA
    • TEKNOLOGI
  • OPINI
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • FOTO
  • INFOGRAFIK
  • VIDEO
  • FACETIGASI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Have an existing account? Sign In
Follow US
NASIONAL

Kasus Positif Covid-19 Diprediksi Bisa Tembus Satu JutaHari Ini

redaksi
redaksi 25 Januari 2021
Share
KASUS POSITIF TERUS BERTAMBAH: Petugas mengangkat peti mati jenazah yang terkonfirmasi Covid-19 di kawasan Rawa Sari, Cempaka Putih, Jakarta, Senin (11/1/2021). (int)
SHARE

JAKARTA – Empat bulan setelah menembus seribu kasus (27 Maret 2020), terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia menyentuh angka 100 ribu pada 27 Juli. Enam bulan berselang, persebaran virus SARS-CoV-2 itu di ambang menembus angka psikologis baru: satu juta kasus.

Kemarin (24/1) kasus positif Covid-19 di Indonesia tercatat 989.262. Menilik pertambahan dalam sepekan terakhir selalu di atas 10 ribu kasus per hari, total satu juta kasus itu diprediksi terjadi hari ini (25/1).

Tren perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Tingkat kesembuhan pernah mencapai 84 persen pada akhir November 2020. Kemudian berangsur-angsur turun hingga drop ke angka 80,7 persen kemarin. Sementara itu, angka kasus aktif terus menanjak hingga kemarin mencapai 16,4 persen.

Angka kasus aktif itu semakin mendesak tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR). Data Satgas Penanganan Covid-19 per 21 Januari 2021, tujuh provinsi berada pada posisi kritis dengan tingkat BOR di atas 70 persen. Yakni, DKI Jakarta, DI Jogjakarta, Jawa Barat, Banten, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur.

Kecepatan peningkatan kasus aktif dan positif itu terjadi pada transisi tahun 2020 ke 2021. Dalam penjelasannya, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, tingkat kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan terus menurun menjelang libur Natal dan tahun baru (Nataru).

Pemerintah telah melakukan pengetatan dengan istilah baru, yakni pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mulai 11 Januari lalu. PPKM diklaim berhasil meningkatkan kepatuhan masyarakat. Tren rata-rata kepatuhan protokol pada minggu ketiga Januari cenderung meningkat jika dibandingkan dengan dua minggu sebelumnya.

Dalam hal memakai masker, tren kepatuhan meningkat 12,19 persen, dari 50,27 menjadi 62,46 persen. Dalam menjaga jarak, kepatuhan naik 17,11 persen, dari 35,98 menjadi 53,09 persen. ”Tapi, kenaikan rata-rata ini belum bisa menyerupai tingginya kepatuhan di awal upaya monitoring pada September dan Oktober 2020,” kata Wiku.

Pemerintah kemudian memutuskan untuk memperpanjang PPKM hingga 8 Februari. Kemarin Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) tentang perpanjangan PPKM terbit. Inmendagri Nomor 2 Tahun 2021 merevisi Inmendagri Nomor 1 Tahun 2021.

Dalam inmendagri baru, tidak banyak perubahan signifikan. Dari sisi sebaran wilayah, misalnya, PPKM hanya diberlakukan untuk Pulau Jawa dan Bali.

Dirjen Administrasi Wilayah Kemendagri Safrizal Z.A. mengatakan, Pulau Jawa dan Bali masih menjadi fokus karena tingkat persebaran yang tinggi. Namun, untuk detail kabupaten mana saja yang dipilih, pusat menyerahkan kepada provinsi. Daerah boleh menambah. ’’Silakan ditetapkan gubernur berdasar statistik,’’ ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (24/1).

Dalam instruksinya, penetapan daerah harus tetap mengacu pada sejumlah indikator utama. Yakni, tingkat kematian dan kasus aktif di atas rata-rata nasional, kesembuhan di bawah rata-rata nasional, serta tingkat keterisian tempat tidur untuk ICU dan ruang isolasi di atas 70 persen.

Namun, dalam inmendagri terbaru, ada satu poin penekanan terkait efektivitas pelaksanaan PPKM di daerah. Dalam poin ketujuh, pemda wajib melaporkan hasil monitoring pelaksanaan PPKM secara mingguan kepada menteri dalam negeri dan Satgas Penanganan Covid-19 Nasional.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sony Harry B. Harmadi menyatakan, masyarakat sudah cukup teredukasi dan mengetahui risiko serta bahaya penularan Covid-19. Namun, kelelahan akibat pandemi atau pandemic fatigue mengakibatkan penurunan kualitas kepatuhan terhadap protokol kesehatan.

Sony mengatakan, pemerintah mengubah mindset penanganan pandemi sejak transisi dari Gugus Tugas ke Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 pada akhir Juli 2020. Pada medio akhir 2020 sosialisasi perubahan perilaku sangat gencar dilakukan satgas. Hasilnya adalah tingkat kepatuhan yang tinggi. Namun, karena ada faktor pandemic fatigue, masyarakat mulai kendur. ”Apalagi, pada November ada kasus kerumunan. Itu berdampak besar. Kemudian ada juga libur panjang yang terus-terusan,” terangnya.

Pandemic fatigue pernah terjadi dalam masa pandemi flu Spanyol pada Agustus 1918. ”Kelelahan ini berbahaya karena memicu second wave dan meningkatkan angka kematian.”

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng Mohammad Faqih menegaskan, pemerintah harus lebih menguatkan penanganan di hulu dan hilir. Hilir yang dimaksud meliputi tracing, testing, dan treatment. Untuk hulu, Daeng menyebut dua hal yang harus diperhatikan tahun ini, yakni protokol kesehatan (prokes) dan vaksinasi.

Mengenai prokes, Daeng mengkritisi implementasi prokes yang meliputi memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun serta air mengalir (3M) yang kurang maksimal. Bahkan, di sejumlah daerah 3M tidak dijalankan dengan baik. ”Tidak kelihatan impact-nya dalam upaya menurunkan angka kejadian. Bahkan, sekarang angka kejadian terus naik,” ungkapnya.

Daeng menyarankan agar pemerintah menambah sejumlah poin dalam prokes, yaitu memodifikasi genetik atau kondisi konstitusi tubuh. ”Bahasa gampangnya daya tahan tubuh,” katanya. Lalu memodifikasi lingkungan. ”Ini perlu didorong masuk program nasional. Jadi bukan hanya 3M,” imbuh dia.

Mengenai vaksinasi, Daeng mengkritisi soal data. Dia mengaku banyak mendapat keluhan dari tenaga kesehatan (nakes) dan dokter-dokter di daerah. Mereka ingin cepat mendaftar vaksinasi, tapi terkendala di pendaftaran yang tersentral. Dia menyarankan ada konsolidasi data antara pusat dan daerah. Data memang harus terpusat. Tapi, dalam rangka upload data, penentuan target sasaran yang jadi prioritas hingga penentuan waktu vaksinasi bisa didesentralisasikan kepada pemda.

Sementara itu, setelah vaksinasi pertama pada 13 Januari lalu, kini akan dilakukan vaksinasi untuk nakes dengan target 1,48 juta orang. Mereka yang berhak menerima vaksin akan dikirimi SMS, lalu melakukan registrasi. ”Saat ini sudah 174 ribu (nakes) yang datang dan mendapat vaksin 146 ribu (nakes),” kata Jubir Kemenkes untuk Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi kemarin.

Data tersebut sesuai dengan yang dilaporkan kepada Kemenkes hingga kemarin pukul 13.24. Pemerintah menargetkan vaksinasi itu diberikan kepada 181,5 juta orang. Jumlah tersebut, menurut Nadia, sudah mengeluarkan kelompok berisiko seperti memiliki penyakit komorbid.

Meski sudah mengeluarkan mereka yang berisiko sebagai target vaksinasi, masih ada yang tidak bisa atau ditunda vaksinasinya. Mereka adalah orang yang tak lolos asesmen. Apakah itu akan memengaruhi target untuk memperoleh herd immunity? Nadia menjelaskan bahwa pemerintah sudah mengantisipasi. ”Jumlah sasaran bisa bertambah,” ucapnya.

Nadia mencontohkan, pada awalnya nakes yang mendapatkan vaksin hanya 1,3 juta. Tapi kini ditambah menjadi 1,48 juta. Vaksinasi itu menjadi jalan untuk mengendalikan pandemi.(int/sha)

Print Friendly, PDF & Email
redaksi 25 Januari 2021
Share this Article
Facebook Twitter Email Print
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Leave a review

Leave a review Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Please select a rating!

Advetorial

Ketua Komite III DPD RI Kunjungi Baloy Mayo
ADVETORIAL WISATA
Berkeliling Naik Mobil Pick Up Warga Bulungan Woro-woro Sosialisasikan Rekam Jejak Erick Thohir
ADVETORIAL
Ferdy Manurung Tanduklangi Dilantik Jadi Ketua PW PMTI Kaltara, Ini 5 Program Kerjanya
ADVETORIAL
NHH Gelar Syukuran Perdana
ADVETORIAL

© Facesia.com | All Rights Reserved.

  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Policy
  • Redaksi
  • Karir

Removed from reading list

Undo