TARAKAN – Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan mengaktifkan kembali belajar tatap muka di sekolah-sekolah tampaknya bakal ditunda. Pasalnya, belakangan ini jumlah kasus Covid-19 mengalami kenaikan sehingga menuntut Pemkot Tarakan agar membatalkan rencana tersebut.
Ketua Komisi 2 DPRD Kota Tarakan, Sofyan Udin Hianggio mengatakan, pihaknya telah memanggil pihak terkait, yakni Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Tarakan membahas rencana belajar tatap muka ini. Dari hasil pertemuan tersebut, dia menyimpulkan sejauh ini Pemkot Tarakan belum siap menggelar proses belajar tatap muka lantaran angka penularan Covid-19 cukup meningkat belakangan ini.
“Kemarin (Rabu, 30 Desember 2020) kami mempertanyakan tentang dasar dasar apa yang mereka (gunakan) seperti protokol dan fasilitas keamanan. Apalagi posisi Tarakan, saat ini berzona merah. Kami ingin melihat ada perubahan ndak persiapan-persiapan, kemudian dan lain sebagainya. Jaminannya apa? Dasarnya apa?” tanya Sofyan.
Politisi Partai Golkar ini mengaku, pihaknya menyadari ada kejenuhan orangtua yang telah lama melakukan pendampingan proses belajar-mengajar anaknya. Namun, tegas dia, penularan Covid-19 tidak boleh diabaikan.
“Coba saja kita lihat orangtua saat ini, banyak yang tidak begitu paham. Karena mereka mungkin sudah jenuh karena sudah sekian lama anaknya belajar di rumah, sehingga mereka menyampingkan pandemi saat ini,” jelasnya.
“Penyebaran covid yang kita takutkan gelombang 2 ini yang 10 kali lipat lebih besar. Apalagi setiap hari ada yang meninggal. Kemudian di Januari itu kan musim pancaroba, di situlah kadang banyak orang yang terserang flu, karena musim yang gampang berganti,” sambungnya.
Selain itu, dia juga mempertanyakan kesiapan Pemkot Tarakan terkait penganggaran pengamanan jika proses belajar tatap muka dijalankan. Menurutnya, pemerintah harus menjamin kesehatan dan keselamatan siswa dan tenaga pendidik selama proses belajar.
“Sekarang, apakah masih ada anggaran yang disiapkan untuk penangganannya, sementara rumah sakit sudah penuh. Kemarin, saat penularannya kecil, Pemkot buru-buru melakukan PSBB. Sekarang, dalam kondisi begini kok sekolah mau dibuka kembali,” katanya.
Memang, kata Sofyan, di beberapa daerah ada yang mewacanakan kegiatan belajar tatap muda dijalankan. Namun, dalam kondisi seperti ini mereka umumnya menunda kegiatan tersebut lantaran makin tingginya angka penularan Covid-19. Sofyan bahkan ragu seluruh tenaga pendidik masih dalam usia yang cukup fit dan tidak memiliki penyakit tertentu.
“Sekarang berapa usia rata-rata guru. Apakah dipastikan usianya di bawah 50 tahun semua dan tidak memiliki penyakit bawaan? Guru-guru ini kan garda terdepan. Jangan sampai guru-guru juga menjadi sasaran penularan. Apalagi di kalangan pemerintahan kan sudah banyak yang positif,” imbuhnya. (*/da)