Facesia.comFacesia.com
Notification Show More
Latest News
Ketersediaan Beras di Kaltara Aman Hingga 6 Bulan ke Depan
PEMPROV KALTARA
Pimpin Evaluasi Kinerja Personel, Ini Beberapa Penekanan Kapolda Kaltara
NEWS
Komitmen Ciptakan Iklim Ketenagakerjaan yang Adil
PEMPROV KALTARA
 Jaga Netralitas ASN dalam Pemilu 2024
PEMPROV KALTARA
Buka Kelas Pemuda Anti Korupsi, Gubernur : Integritas Perlu Dimiliki Setiap Orang
PEMPROV KALTARA
Aa
  • HOME
  • NEWS
    • POLITIK
    • NASIONAL
    • NUSANTARA
    • INTERNASIONAL
  • GAYA HIDUP
    • FASHION
    • WISATA
    • TEKNOLOGI
  • OPINI
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • FOTO
  • INFOGRAFIK
  • VIDEO
  • FACETIGASI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Reading: Ramadhan dan Optimalisasi Pengontrolan Diri
Share
Aa
Facesia.comFacesia.com
  • FACE TVFACE TVFACE TV
  • OFFICIAL
  • HUKRIM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • NASIONAL
  • INTERNASIONAL
  • ADVETORIAL
Search
  • HOME
  • NEWS
    • POLITIK
    • NASIONAL
    • NUSANTARA
    • INTERNASIONAL
  • GAYA HIDUP
    • FASHION
    • WISATA
    • TEKNOLOGI
  • OPINI
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • FOTO
  • INFOGRAFIK
  • VIDEO
  • FACETIGASI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Have an existing account? Sign In
Follow US
OPINI

Ramadhan dan Optimalisasi Pengontrolan Diri

redaksi
redaksi 26 Maret 2023
Share
Syamsuddin Arfah
SHARE

Oleh: Syamsuddin Arfah

 

Keistimewaan bulan Ramadhan salah satunya terletak pada dampak yang ditimbulkannya, serta pengaruh yang diberikan bagi yang menjalankan ibadah secara sungguh-sungguh. Puasa akan memberikan kekuatan kepada manusia untuk mengoptimalisasikan pengontrolan diri (self control) mengapa? Karena menjalankannya dengan motif  keimanan (imanan wahtisaban), puasa yang dilakukan berhubungan langsung antara seorang hamba dengan Al-Khaliq, karena ibadah puasa disebut sebagai ibadah sirriyah (ibadah rahasia) dimana hanya Allah yang mengetahui terhadap apa yang di kerjakan oleh sang hamba, sebagaimana hadist qudsi yang sering kita dengar dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda: Allah ‘azza wajalla berfirman “Kullu amali ibni adama lahu illa shiyama, fainnahu li-wa- Ana ajzi bihi”. Setiap amalan manusia itu diberikan untuknya, kecuali puasa, karena puasa itu milik-Ku dan Akulah yang akan memberikan balasannya langsung. (Bukhari-Muslim).

Pertanyaan yang muncul berdasarkan hadist qudsi diatas adalah apakah amalan lain selain dari puasa tidak di balas? Dibalas, tetapi puasa yang dilakukan berhubungan langsung kepada Allah, sehingga seolah-olah selain dari ibadah puasa tidak ada jaminan langsung dari Allah untuk diterima, apakah selain dari ibadah puasa tidak mendapatkan jaminan balasan? Tentu jawabannya tetap ada jaminan balasan dari Allah tetapi ibadah puasa merupakan ibadah sirriyah (ibadah rahasia) dimana berkait dan berhubungan langsung kepada Allah SWT. Kalau ingin terkenal dan  dilihat orang bukan puasa tempatnya, jika ingin populer dan mungkin dapat  perhatian orang banyak cukup jadi penceramah, ustadz atau politisi, pejabat atau bahkan artis. tetapi yang pasti bukan pada ibadah puasa.

Optimalisasi pengontrolan diri memang tidak mudah, sehingga Ramadhan datang untuk “mentarbiyah dan mentadrib” (mendidik dan mentraining) jiwa manusia agar terkendali, kata kunci kebaikan dan kedamaian ada pada pengontrolan diri, dimana kerusakan pelanggaran serta kemaksiatan (membunuh, mencuri, korupsi, dll) adalah ketidak mampuan untuk melakukan control diri, kemampuan mengontrol diri adalah menunjukan terjadinya keseimbangan pada jiwa manusia dan keseimbangan pada jiwa akan muncul manakala sering melakukan mawas diri, ini yang ditempa pada Ramadhan, Ramadhan ingin menjadikan jiwa manusia kembali kepada “fitrah” dan menuju kepada ketinggian jiwa dan akhlak, itulah “Takwa”.

Rasulullah Saw. Bersabda, “Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya dan beramal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Dan, orang yang ediot (bodoh) adalah orang yang mengikuti nafsunya seraya berangan-angan kepada Allah.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan ia menyatakan hadist hasan) banyak godaan dalam menjalankan ibadah ramadhan ini, lagi puasa atau sedang tarawih serius mendengar ceramah dari ustadz dimasjid tiba-tiba listrik padam (karena kota kita ini lagi sedang dilanda biyarpet) timbul kejengkelan, malam hari bangun  inginnya untuk melaksanakan shalat malam taqarrub kepada Allah ketika masuk kamar mandi untuk mandi dan berwudhu, air  juga tidak mengalir (lengkaplah sudah di kota ini PDAM juga ikut-ikutan ngadat), muncul kemarahan keluar ucapan cacian dan makian yang tidak pantas diucapkan yang merupakan ekspresi dari sakit hati, bagi mereka yang mampu mengontrol dirinya tentu lebih bisa mengendalikan diri, contoh lain berpuasa menahan lapar dan dahaga seharian, ketika bedug terdengar suara adzan maghrib di kumandangkan dan, dimeja makan tersedia berbagai menu makanan untuk berbuka, muncul keinginan untuk melahap semua makanan yang ada dimeja makan, padahal seharian mampu menahan lapar dan dahaga tetapi  waktu berbuka tiba, malah tidak mampu mengendalikan hawa nafsu, berbuka tidak lagi secukupnya tetapi menikmati sekenyang-kenyangnya (edisi balas dendam), tanpa terbersit dan terlintas dalam hati bahwa ditempat lain mungkin ada yang ingin berbuka, tetapi tidak tersedia makanan. Padahal berbuka puasa juga dituntut untuk pengendalian diri.

Berdasarkan hadist diatas yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi sesunggunya ciri orang cerdas ada dua : Pertama, kemampuan mengendalikan hawa nafsu dan Kedua, mempersiapkan amal untuk kehidupan setelah kematian (mengorientasikan diri untuk akhirat), inilah yang disebut dengan kecerdasan spiritual. Kecerdasan hakiki yang mengalahkan kecerdasan intelektual, yang muncul dari keseimbangan dan kematangan jiwa, yang lahir dari kemampuan untuk mengoptimalisasi pengontrolan diri, merekalah yang sukses untuk meraih kebahagiaan yang sesungguhnya, sebagaimana pada firman Allah: “ Dan bagi orang  yang takut akan kedudukan Tuhannya, dan menahan diri dari mengikuti hawa nafsu maka sesungguhnya surga-lah tempat kembalinya.” (An-Naaziat : 40)

Allah telah menetapkan perjalanan hidup yang seharusnya ditempuh manusia di dunia. Dia juga telah menetapkan tujuan yang semestinya dicapai manusia. Dan, kesuksesan seseorang diukur dengan hasil akhirnya. Allah Swt. Menegaskan, “Setiap jiwa akan merasakan mati. Maka siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga sungguh ia telah beruntung. Dan, tidaklah kehidupan dunia melainkan kesenangan menipu.” (QS: Ali-Imran :185).

Allahu a’lamu bis-shawab Al-Faqiir ilallah.

Print Friendly, PDF & Email
redaksi 26 Maret 2023
Share this Article
Facebook Twitter Email Print
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Leave a review

Leave a review Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Please select a rating!

Advetorial

Ketua Komite III DPD RI Kunjungi Baloy Mayo
ADVETORIAL WISATA
Berkeliling Naik Mobil Pick Up Warga Bulungan Woro-woro Sosialisasikan Rekam Jejak Erick Thohir
ADVETORIAL
Ferdy Manurung Tanduklangi Dilantik Jadi Ketua PW PMTI Kaltara, Ini 5 Program Kerjanya
ADVETORIAL
NHH Gelar Syukuran Perdana
ADVETORIAL

© Facesia.com | All Rights Reserved.

  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Policy
  • Redaksi
  • Karir

Removed from reading list

Undo