BATIK lokal merupakan salah satu kontribusi positif dalam pertumbuhan sosial ekonomi pada sektor industri kreatif, kebudayaan dan pariwisata. Batik lokal memiliki nilai artistic, historis, dan budaya yang tinggi. Keunikan desain dan motif pada batik lokal merepresentasikan identitas budaya Indonesia.

Nunukan adalah salah satu Kabupaten yang secara geografis berada di penghujung utara Indonesia, Kalimantan Utara. Kabupaten Nunukan berbatasan langsung dengan negara Malaysia tepatnya Sabah, Tawau. Kabupaten Nunukan memiliki potensi sumberdaya alam dan budaya yang beranekaragam. Salah satunya adalah Kerajinan Batik Lulantatibu dengan motif yang melambagkan persatuan dan keberagaman etnis suku Dayak yang mendiami Pulau Nunukan. Batik lulantatibu tidak hanya sekadar kain, tetapi juga sebuah representasi dari keragaman budaya dan nilai-nilai persatuan dalam keberagaman yang mengikat berbagai Suku Dayak yang ada di Nunukan, yaitu suku Dayak Lundayeh, Dayak Tagalan, Dayak Tagol dan Dayak Tidung Bulungan. Dengan menggabungkan motif dari berbagai suku dayak yang berbeda, batik Lulantatibu menjadi simbol persatuan dan keberagaman. Uniknya motif pada Batik Lulantatibu ini ialah merupakan satu-satunya di Indonesia yang terbentuk atas penggabungan 5 (lima) etnis suku asli Kalimantan Utara tapatnya Nunukan.

Dari segi Ekonomi, Batik Lulantatibu juga dapat menciptakan peluang kerja bagi masyarakat. Pembuatan Batik Lulantatibu yang berkualitas, memerlukan proses pengerjaan yang cukup lama dan teliti, dengan melibatkan tenaga kerja yang terampil dalam setiap tahapan proses pembuatannya. Dalam hal inilah batik Lulantatibu dapat bermanfaat untuk menyerap tenaga kerja di wilayah Kabupaten Nunukan. Batik Lulantatibu memiliki ciri khas baik dilihat dari bahan pembuatannya maupun motif batik yang digambarkan. Dilihat dari bahan pembuatannya Batik Lulantatibu menggunakan pewarna alami dari tumbuh tumbuhan seperti kulit kayu Bakau , kulit buah Rambutan dan Daun Ketapang. Khusus pada kulit kayu bakau, banyak dan melimpah disepanjang pesisir pantai serta dipenjual kayu bakau karena setiap pembelian kayu bakau sudah pasti dilakukan pengupasan kulit kayu bakau. Dilihat dari motifnya Batik Lulantatibu memiliki corak khas gambar tempayan. Tempayan dalam kehidupan sehari hari Suku Dayak digunakan sebagai wadah untuk menyimpan bahan makanan dan harta benda, bahkan tempat menyimpan jasad manusia.
UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organizations), telah resmi mengakui batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan budaya takbenda atau Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada tanggal 2 Oktober 2009 dan kemudian pada tanggal tersebut telah ditetapkan sebagai hari batik (Maria, 2013). Asal kata batik adalah amba dan tik yang memiliki arti menulis titik dari bahasa jawa, yang memiliki pengertian dikerjakan secara manual dan menulis dengan lilin (Widiatmoko & Setya 2022). Kain dan canting merupakan alat pembuatan batik dengan ujung canting yang kecil menjadikan kesan orang sedang menulis titik-titik.
Pengungkapan kreativitas dan spiritual yang dihasilkan dari desain maupun warna batik menjadi arti simbolik mengenai identitas budaya masyarakat Indonesia. Walaupun batik berasal dari istana Jawa, beberapa daerah lain di Indonesia juga memiliki batik dengan gaya mereka sendiri batik (Maria, 2013). Mengacu kepada pengakuan batik sebagai warisan budaya milik Indonesia oleh UNESCO, maka sudah seharusnya seluruh masyarakat Indonesia harus menjaga dan melestarikan budaya dengan cara memperkenalkannya batik lokal.
Penelitian ini berfokus pada strategi komunikasi pemasaran sebuah produsen batik yaitu Ramita Batik dengan motif Lulantatibu Cipratan, tepatnya di Kelurahan Nunukan Utara, Kecamatan Nunukan Kabupaten Nunukan, Ramita Batik cukup berbeda juga telah memiliki galeri batik sebagai wadah wisata dan edukasi.
Ramita Batik menjadi salah satu industri batik yang berkembang di Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara dan memerlukan penerapan strategi komunikasi pemasaran yang tepat untuk mengelola usahanya. Ramita Batik memiliki hal yang berbeda dengan produsen batik liannya, tidak hanya sekadar melakukan penjualan produk batik, Ramita Batik menyajikan fasilitas di galeri batiknya dengan adanya wadah atau media pengerjaan pembuatan batik dari proses awal hingga akhir. Adanya fasilitas tersebut di galeri menjadi salah satu dari strategi yang digunakan Ramita Batik untuk meningkatkan penjualan produknya.
Menurut Rismayanti (2017), strategi komunikasi pemasaran memiliki fokus untuk tujuan jangka panjang perusahaan dengan mengaitkan program-program pemasaran. Bauran pemasaran merupakan alat pemasaran dalam suatu perusahaan, dimana perusahaan dapat mengendalikannya untuk dapat mempengaruhi respon pasar sasaran (Musfar, 2020).
Konsep bauran pemasaran 4P dinyatakan oleh Jarome McCharty (1968) dalam (Hartini, 2021) yang meliputi 4P (product, price, place, promotion) dan setelah banyak perusahaan yang menggunakannya dan terbukti sebagai strategi pemasaran yang baik dan menyukseskan, kemudian banyak pakar dunia pemasaran memberikan solusi baru dengan menambahkan elemen 3P (people, physical evidence, process) untuk penerapan konsep bauran pemasaran pada jasaa. Kegiatan perencanaan pemasaran penting dimiliki karena jumlah penjualan ditentukan oleh hal diatas adalah suatu pemenuhan kebutuhan dengan cara yang menguntungkann (Kotler & Keller, 2009:5). Keberhasilan dalam pemasaran batik dilihat dari kemampuan membaca kebutuhan konsumen.
Maka untuk mencapai tujuan perusahaan, Ramita Batik menerapkan strategi komunikasi pemasaran dengan bauran pemasaran (marketing mix).
Metode Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode penelitian yang menggunakan data kualitatif yang penjabarannya dilakukan secara deskriptif. Menurut Sugiyono (2017), metode kualitatif memiliki sifat eksploratif atau discovery yang memiliki tujuan menggali obyek secara rinci agar menemukan potensi, masalah dan hipotesis.
Metode penelitian adalah menggunakan studi kasus. Kusmarni, (2012) menyatakan studi kasus merupakan penelitian dengan mengeksplorasi suatu fenomena tertentu dalam waktu dan kegiatan seperti progam, proses, institusi atau kelompok social dengan mengumpulkan fakta secara rinci dan mendalam dengan memanfaatkan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu. Metode penelitian studi kasus digunakan untuk menelaah sebuah fenomena atau situasi secara detail dan mendalam.
Subjek dalam penelitian ini meliputi Owner, karyawan, serta konsumen Ramita Batik. Objek penelitian ini berfokus pada masalah yang akan diteliti, dalam penelitian ini penerapan strategi komunikasi pemasaran oleh Ramita Batik Nunukan menjadi objek penelitian utama. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan data dengan: library research (studi kepustakaan) yaitu kegiatan yang meliputi pengumpulan data pustaka, mencari, membaca dan menganalisis teori dalam buku, jurnal atau hasil penelitian relevan, serta field research yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
Analisis data menurut Miles & Huberman (1992) dalam Hardani dkk (2020) yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Reduksi data adalah proses memilih, merangkum hal-hal pokok, memfokuskan kepada hal-hal penting kemudian mencari tema dan polanya (Sugiyono,2017). Menurut Miles dan Huberman dalam Hardani, dkk (2020) menyebutkan penyajian data adalah susunan informasi yang memungkinkan adanya kesimpulan dan melakukan tindakan. Miles & Huberman dalam Hardani, dkk (2020) berpendapat bahwa tahap ketiga merupakan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Tahap ini merupakan akhir dari penelitian kualitatif.
Berdasarkan data yang diperoleh, Owner Ramita Batik mulai menekuni membatik sejak tahun 2017 hingga saat ini. Ia mengenang masa-masa membatik masih dilakukan secara sederhana yakni diikat lalu dicelup ke pewarna kain menggunakan koin, kelereng, batu dimasukkan ke dalam kain lalu diikat. Menurutnya, kala itu belum ada motif.
Sedangkan proses pembuatan batik itu ada jenis yakni batik tulis dan cap. Jadi untuk membatik yang disiapkan terlebih dahulu adalah kain setelah itu dilakukan pengecapan disitu dilakukan pewarnaan motif batik.
“motifnya terlebih dahulu diwarnai sebelum melakukan pewarnaan dasar,” kata Rahayu waktu ditemui pada Sabtu (19/7/2025).
Ramita Batik memulai usahanya dengan memberikan lapangan pekerjaan kepada warga sekitar untuk memproduksi batik dengan ciri khas yang diciptakannya serta membuka lowongan karyawan untuk galerinya.
Hampir 99% produk buatan Ramita Batik mengangkat motif asli dari suku dayak Kabupaten Nunukan. Oleh karena itu juga menjadikan Ramita Batik mendapatkan Hak Atas Kekayaan Intelektual dan satu-satunya pengrajin yang selalu konsisten mengangkat motif budaya setempat.
Hasil Dan Pembahasan
Ramita Batik Nunukan melihat peluang dan keuntungan bisnis dalam pengembangannya karena belum banyaknya pengrajin besar di Nunukan serta berfokus pada hal yang utama untuk menguasai pangsa pasar di Nunukan terlebih dahulu. Perkembangan batik lokal Nunukan mulai bangkit kembali setelah berakhirnya masa pandemi covid-19, dengan adanya motif yang dipatenkan oleh Pemerintah Kabupaten Nunukan yaitu motif Lulantatibu. Pengrajin batik lokal Nunukan mulai memperbarui produksi batiknya dengan motif tersebut, seperti yang dilakukan oleh Ramita Batik Nunukan untuk meningkatkan promosi batik lokal yang juga akan berpengaruh pada usahanya tersebut.
Komunikasi pemasaran yang dijalankan mengedepankan makna-makna yang terkandung dalam motif-motif unggulan yang banyak disukai konsumen khususnya pecinta batik. Setiap motif terdapat makna, setiap motif juga terdapat doa dan harapan yang membuat nilai batik semakin tinggi.
Pada penelitian ini menggunakan strategi komunikasi pemasaran dengan teori marketing mix, dimana dari seluruh elemen 7p (product, price, price, promotion, place, people, process, physical evidence) telah ditemukan empat elemen terkuat pada temuan ini yaitu product, price, promotion dan physical evidence. Berikut skema temuan penelitian.
Produk
Ramita Batik memiliki produk yang dominan yaitu batik tulis dan batik cap.
Harga Bauran pemasaran yang kuat adalah pada elemen price atau harga yaitu merupakan suatu nilai yang konsumen tukarkan untuk sebuah barang atau jasa. Penetapan harga merupakan salah satu bagian penting bagi Ramita Batik Nunukan berdasarkan perhitungan besarnya biaya yang dibutuhkan (harga bahan baku, harga bahan pokok produksi, biaya promosi) ditambah dengan keuntungan yang diinginkan. Ramita Batik Nunukan memiliki banyak pertimbangan dengan penetapan harga produk, seperti faktor konsumen, bahan baku, karyawan, nilai produksi, nilai design and art, waktu pengerjaan dan tingkat kerumitan motif.
Berdasarkan data yang diperoleh, Ramita Batik ingin menjual batik yang terjangkau namun berkualitas tinggi tanpa meninggalkan ciri khas motif Nunukan sehingga akan mudah dikenali di seluruh pelosok negeri. Harga produk Ramita Batik berkisar antara Rp 250.000 – Rp 1.000.000 dengan panjang kain 2,4 meter. Produk batik cap dijual dengan harga mulai Rp 250.000 untuk motif yang paling sederhana hingga Rp 750.000 untuk produk pewarnaan alam. Harga batik tulis mulai dari Rp 350.000 untuk hasil canting sederhana hingga Rp 1.500.000.
Promosi
Publisitas
Publisitas merupakan bentuk komunikasi pemasaran dengan rancangan strategis yang dinilai efektif sebagai alat promosi.
Penyiaran Video Promosi di Youtube
Pemuatan Berita oleh Media
Talkshow Radio (RRI Nunukan)
Pembuatan Banner, Brosur, Kartu Nama dan Kalender
Banner, brosur, kartu nama dan kalender merupakan media yang digunakan oleh Ramita Batik Nunukan sebagai sarana promosi yang efektif. Media-media cetak tersebut menjadi salah satu alat komunikasi pemasaran yang bertujuan untuk menyasar target konsumen baru karena berisikan informasi atau pesan untuk mengenalkan atau menawarkan produk yang dimiliki.
Mengikuti pameran
Kegiatan promosi penjualan melalui pameran dilakukan untuk mempengaruhi pembeli dalam waktu singkat dengan komunikasi pemasaran yang disesuaikan produk yang ditawarkan. Banyak pameran yang telah diikuti baik lokal, nasional serta Internasional.
Pemanfaatan Media Sosial
Banyaknya konsumen dari luar daerah mengharuskan Ramita Batik semakin aktif dalam promosi secara online agar jangkauan pasar lebih banyak. Promosi dilakukan secara online dilakukan dengan memanfaatkan business WhatsApp, business Instagram, TikTok,
Support dan Sporsorship Event
Ramita Batik Nunukan sering melakukan kegiatan sponsorship maupun ditunjuk untuk mendesain busana batik untuk berbagai keperluan event seperti ajang pemilihan duta maupun dari berbagai instansi. Kegiatan sponsorship dapat meningkatkan reputasi merek yang lebih baik, membuat Brand Lochatara tampak jauh berbeda dari kompetitor lain sehingga lebih menonjol. Ramita Batik Nunukan juga menjadi sorotan media karena event yang diikuti sering diliput terlebih lagi jika banyak tokoh penting yang menghadiri event tersebut.
Ramita Batik Nunukan menjalankan strategi komunikasi pemasaran dengan mengadakan edukasi dan pelatihan membatik untuk konsumen atau masyarakat dengan tujuan memberikan pengetahuan seputar batik, memberikan kesempatan untuk ikut serta membuat batik, dan mengenalkan motif-motif baru yang memiliki ciri khas kebudayaan suku dayak Nunukan. Peserta edukasi dan pelatihan batik merupakan rombongan pelajar, tenaga pendidik, swasta ataupun masyarakat umum yang berkunjung ke Nunukan dengan teknis memesan terlebih dahulu untuk belajar dan praktek membatik atau mencanting.
Pada kegiatan edukasi dan pelatihan membatik tersebut Ramita Batik Nunukan telah menyiapkan tim dalam edukasi dan pelatihan membatik. Selain itu, tidak jarang Ramita Batik Nunukan juga berbagi ilmu dan pengetahuan seputar batik sebagai pembekalan untuk menambah wawasan. Bukti fisik juga ditunjukkan dengan adanya seragam yang dipakai karyawan dan pegawai Intansi pemerintah Kabupaten Nunukan yakni memakai Ramita Batik Nunukan yang juga turut mendukung promosi motif-motif batiknya. Karyawan Ramita Batik Nunukan memakai seragam untuk di galeri dan event-event pameran yang diikuti.
Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian Ramita Batik dapat bertahan dengan menerapkan strategi komunikasi pemasaran menggunakan marketing mix yang memberikan dampak positif terhadap peningkatan penjualan batiknya. Penelitian ini berawal dari elemen 7P yakni product, price, promotion, people, place, process, dan physical evidence. Namun, pada hasil temuan telah dipaparkan empat elemen terkuat yang digunakan oleh Ramita Batik sebagai strategi komunikasi pemasarannya yaitu elemen product, price, promotion dan physical evidence.
Ramita Batik menciptakan produk batik yang terjangkau namun berkualitas tinggi tanpa meninggalkan ciri khas motif Nunukan. Konsistensi dalam mengambil motif yang jarang diangkat dan memiliki makna filosofis yang tinggi disetiap motifnya dengan selalu menghadirkan inovasi dan kreativitas terbaru.
Ramita Batik Nunukan melakukan strategi-strategi promosi seperti mengikuti berbagai pameran baik di Nunukan maupun luar Nunukan, melakukan publikasi produk melalui media massa seperti radio, koran, dan televisi, memanfaatkan media sosial untuk melebarkan jaringan promosi hingga ke luar negeri, memiliki brand ambassador, melakukan promosi secara mulut ke mulut dalam mengkomunikasikan produk-produknya, mengikuti berbagai perlombaan, serta melakukan support dan sponsorhip event baik pemerintahan maupun instansi lainnya.
Ramita Batik Nunukan juga mempersembahkan galeri batik sebagai tempat wisata dan edukasi.
Saran kepada Ramita Batik yaitu kiranyaa dapat menambah sumber daya manusia (SDM) yang berfokus pada digital marketing untuk mengelola, membuat konten foto atau video yang sesuai tren serta meningkatkan desain yang lebih menarik dan kreatif untuk menarik followers sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
Penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi Pemasaran Ramita Batik sebagai produk lokal Nunukan dalam Upaya Meningkatkan Penjualan” menggunakan metode penelitian kualitatif, sehingga bagi peneliti selanjutnya, disarankan dapat menggunakan teori dan metode yang berbeda. Selain itu, diharapkan dapat lebih kritis dan menggali permasalahan yang lebih luas terkait strategi komunikasi pemasaran yang diterapkan oleh Ramita Batik. (**)