TARAKAN – Bank Indonesia menyelenggarakan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022 secara serentak nasional termasuk di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara (KPwBI Prov Kaltara), Rabu (30/11/2022).

Pada kesempatan tersebut, Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara melalui Dodi Hermawan selaku Deputi Kepala Perwakilan mengajak seluruh pihak untuk tetap optimis di tengah ancaman risiko resesi global pada tahun 2023. Perekonomian Kaltara pada tahun 2023 diproyeksikan akan tumbuh positif.
“Sejalan dengan itu, seluruh pihak diharapkan dapat memanfaatkan peluang dan potensi yang ada, mendorong sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru, dengan tetap waspada terhadap dinamika kondisi eksternal yang masih akan mewarnai di tahun 2023,” kata Dodi.

Secara keseluruhan, perekonomian Kaltara pada tahun 2022 diprakirakan akan lebih baik dibandingkan 2021 sebesar 4,59% hingga 5,39%. Pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor serta tumbuh positifnya lapangan usaha utama, antara lain pertambangan dan perdagangan.
Baca juga: https://facesia.com/ketua-komite-iii-dpd-ri-hasan-basri-lakukan-monitoring-dan-evaluasi-kip-kuliah/
“Salah satu kiat untuk menjaga tren pertumbuhan ekonomi positif tetap berlanjut adalah dengan menjaga ekspektasi kedepan, baik pemerintah, pelaku usaha, akademisi, maupun masyarakat,” ujar Dodi.
Tercatat, beberapa peluang peningkatan pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari domestik maupun eksternal. Di industri pengolahan, seiring membaiknya kinerja pengolahan CPO dengan beroperasinya pabrik-pabrik pengolahan CPO baru dan penambahan kapasitas pengolahan pabrik CPO existing di tengah kebijakan B30 yang terus berjalan. Sektor konstruksi pun diperkirakan akan lebih tinggi seiring dengan komitmen dari pengembang untuk dapat menyelesaikan pembangunan awal dari KIHI Tanah Kuning pada tahun 2024.
“Berlanjutnya pembangunan-pembangunan proyek-proyek strategis nasional, serta proyek swasta lainnya akan menopang kinerja sektor konstruksi Kaltara,” jelasnya.
Sementara itu, sektor tersier diprakirakan juga akan tumbuh lebih tinggi seiring pembatasan-pembatasan yang akan lebih dilonggarkan pada tahun 2023.
Lebih lanjut disampaikan, perlunya mewaspadai tren harga komoditas global yang diperkirakan tidak setinggi periode sebelumnya sehingga dapat berdampak pada tertahannya ekonomi Kaltara yang bergantung pada ekspor bahan mentah.
“Semakin masifnya gerakan ekonomi hijau di level global serta peningkatan produksi pada mitra-mitra dagang dan kompetitor Kaltara juga perlu dicermati,” paparnya.
Baca juga: https://facesia.com/apbd-kaltara-2023-capai-rp-29-triliun/
Selain itu, masih berlanjutnya ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina diperkirakan juga akan meningkatkan ketidakpastian global dan menjadi faktor penahan perekonomian Kaltara.
Berdasarkan asesmen tersebut dan memperhatikan beberapa risiko yang dapat muncul, maka pertumbuhan ekonomi Kaltara tahun 2023 diprakirakan melanjutkan momentum pertumbuhan positif pada kisaran 4,18%-4,98% (yoy), terutama didorong peningkatan konsumsi rumah tangga maupun investasi seiring dengan berlanjutnya optimisme perbaikan ekonomi di seluruh elemen.
“Dari sisi perkembangan harga, pada akhir tahun 2022 inflasi akan berada sedikit diatas batas atas inflasi. Namun demikian, dengan berbagai upaya yang tengah digencarkan baik dari sisi suplai dan demand, kami yakin inflasi akan segera kembali pada rentang sasaran 3,0±1% pada tahun 2023, dengan terjaganya tekanan harga, ekspektasi inflasi, dan stabilnya nilai tukar Rupiah,” pungkasnya.(sha)