Sejak Kaltara Terbentuk, Belum Ditemukan Kasus Polio
TANJUNG SELOR – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara) melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltara, Senin (13/7) melaksanakan rapat secara daring dengan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Rapat yang merupakan rapat lanjutan ini, membahas kegiatan persiapan pemberian imunisasi polio massal kepada 201.419 anak di Kaltara, yang rencana akan dilaksanakan pada akhir Juli 2020.
Gubernur Kaltara, Dr H Irianto Lambrie didampingi Kepala Dinkes Kaltara Usman mengatakan, pemberian polio massal untuk mencegah penyebaran polio ini, diperuntukkan bagi anak usia 4 bulan hingga anak usia di bawah 15 tahun. “Dari total 201.419 jumlah sasaran imunisasi, paling banyak berada di Kabupaten Nunukan, yakni 65.952 anak. Diikuti Tarakan 61.851 anak, Bulungan 44.170 anak, Malinau 24.353 anak, dan Tana Tidung 5.093 anak,” kata Gubernur.
Disebutkan Irianto, pemberian imunisasi polio massal di Kaltara sehubungan dengan adanya kejadian luar biasa (KLB) polio yang terjadi di beberapa negara tetangga. Terutama di negara bagian Sabah, Malaysia. Untuk itu, Kaltara sebagai provinsi yang berbatasan langsung dengan negara bagian Sabah, Malaysia harus waspada terhadap penyebaran penyakit polio. Apalagi negara tersebut telah menetapkan penyakit polio sebagai kejadian luar biasa. “Insya Allah, kegiatan imunisasi polio massal kepada anak se-Kaltara akan dilaksanakan akhir bulan ini. Tepatnya minggu ketiga Juli 2020, jika merujuk pada surat pemberitahuan awal,” ungkap Gubernur.
“Meskipun dalam masa pandemi covid-19, yang tantangannya begitu besar. diharapkan pemberian imunisasi polio massal pada anak-anak Kaltara dapat berjalan dengan lancar,” timpal Irianto.
Sementara itu, dijelaskan Kepala Dinkes Kaltara Usman, berdasarkan informasi dari Direktorat Farmalkes Kemenkes bahwa saat ini masih proses pengadaan vaksin. “Jika menggunakan jalur dengan e-Katalog maka masih menunggu dulu tayang di LKPP yang saat ini masih diajukan. Tentunya proses masih cukup lama. Kecuali ada kebijakan dari pemerintah untuk mengizinkan proses pengadaan dengan penunjukan langsung sehingga vaksin bisa tersedia lebih cepat. Jadi, rencana di minggu ke-3 Juli mungkin akan bergeser. Tetapi sementara itu, kita diminta untuk menyiapkan segala sesuatunya, termasuk menyusun mikroplaning per kabupaten/kota serta akan diadakan workshop khusus bagi petugas imunisasi di kabupaten/kota dan Puskesmas,” urainya. Untuk lokasi imunisasi sendiri, rencananya akan dilakukan di Posyandu, Puskesmas, sekolah, dan tempat umum lainnya.
Pentingnya imunisasi ini, karena polio dapat menyerang pada usia berapa pun, tetapi polio terutama menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. “Pada Juni 2018, dilaporkan adanya kasus polio di negara tetangga Papua New Guinea, sehingga diperlukan adanya peningkatan kewaspadaan dini terhadap masuknya virus polio ke Indonesia. Ditambah baru-baru ini, virus polio menyerah Malaysia. Jadi, Kaltara wajib lebih waspada,” ungkapnya.
Kewaspadaan penting, karena polio dapat menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus. Ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang buruk. “Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati bila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio,” urainya.
Dipastikan Usman, sejak Kaltara terbentuk, Dinkes belum menemukan kasus polio. “Namun kita tetap harus melakukan vaksinasi polio melalui imunisasi rutin dan PIN (Pekan Imunisasi Nasional),” tutupnya.(humas)