Facesia.comFacesia.comFacesia.com
Font ResizerAa
  • HOME
  • NEWS
    • NASIONAL
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • DPRD
    • DPD RI
    • DPRD KALTARA
    • DPRD TARAKAN
    • DPRD BULUNGAN
    • DPRD NUNUKAN
    • DPRD MALINAU
    • DPRD KTT
  • TNI POLRI
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • FACETIGASI
  • OPINI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Reading: Sengkuni Diera Modern
Share
Font ResizerAa
Facesia.comFacesia.com
  • FACE TVFACE TVFACE TV
  • OFFICIAL
  • HUKRIM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • NASIONAL
  • INTERNASIONAL
  • ADVETORIAL
Search
  • HOME
  • NEWS
    • NASIONAL
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • DPRD
    • DPD RI
    • DPRD KALTARA
    • DPRD TARAKAN
    • DPRD BULUNGAN
    • DPRD NUNUKAN
    • DPRD MALINAU
    • DPRD KTT
  • TNI POLRI
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • FACETIGASI
  • OPINI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Follow US
© 2015 Facesia.com | All Rights Reserved.
Advetorial
OPINI

Sengkuni Diera Modern

redaksi
redaksi
26 April 2020
Share
SHARE

Oleh: TAJUDDIN

SENGKUNI adalah seorang Mahapatih dan Penasihat Khusus Raja Hastina, dalam cerita Mahabrata. Dengan kelihaian dan kelicikannya, sengkuni berhasil membuat Duryadana selalu mengikuti saran dan nasehatnya. Saran dan nasehat sengkuni seringkali bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan. Semua karena kelihaian sengkuni untuk membungkus semua taktik dan cara-cara meraih kemenangan yang sesungguhnya culas dan licik itu dengan bungkus kata-kata dan perilaku yang seolah-olah memperdulikan moral.

Menurut Soesatyo dalam bukunya, karakter dari Sengkuni sendiri digambarkan berbadan kurus dengan muka tirus. Cara bicaranya lemah, tapi bukan lemah lembut melainkan menjengkelkan. Wataknya licik, culas, dengan kesenangan untuk menipu, menghasut, dan memfitnah, dan jiwanya seorang munafik. Kemudian perangainya yang khas adalah sangat senang bila berhasil membuat orang lain celaka.

Kalau kita melihat uraian diatas ternyata sengkuni dalam pewayangan ini, ada juga perangai dan perilaku tersebut didaerah. Apalagi kita lihat dan tinjau dalam ranah politik dan birokrasi. Setelah berakhirnya rezim totaliter Orde Baru dan digantikan oleh rezim reformasi, demokrasi menjadi pilihan bangsa ini.
Kemudian sistem sentralisasi yang dianut pada rezim totaliter juga berganti dengan desentralisasi atau otonomi daerah. Termasuk perubahan Undang-Undang 32 menjadi 23. Tujuan otonomi daerah adalah mendekatkan pelayanan dimasyarakat dan mensejahterahkan masyarakat di daerah.

Tetapi belakangan kebijakan desentralisasi tersandera dan terperangkap oleh dominasi raja-raja kecil yang berusaha untuk membangun dinasti. Dalam urusan pemerintahan dan kekuasaan politik berada ditangan segelintir orang. Benar juga kata Karl Marx bahwa, penguasa itu hanya kepanjangan tangan pemilik modal. Merekalah yang secara dominan mempengaruhi kebijakan publik dan bermotif keuntungan pribadi kelompok tersebut.

Kalau kita kaitkan dengan modal politik penguasa yang mendominasi adalah modal ekonomi. Apalagi menjadi pemimpin politik didaerah mendapatkan subsidi dari para elit ekonomi. Saat pencalonan sebelum jadi pemimpin mendapatkan bantuan uang sebagai modal untuk kontestasi politik dari para elit ekonomi. Sehingga dalam perjalanan pemerintahan didaerah penguasa harus memenuhi janjinya. Sehingga transaksional politik dan ekonomi berjalan secara alternatif fungsional dalam birokrasi pemerintahan.

Kemudian kita bincangkan lagi tentang para sengkuni didaerah. dalam terminology modern, perilaku sengkuni tersebut sejalan dengan tipologi politik Machiavelli, dimana segala cara dilakukan asal tujuan tercapai meskipun harus menabrak moralitas kebenaran. Sangat sering sekali kita lihat cara-cara yang tidak fair dan cenderung kearah bandit politik dalam menyasar kepentingan politik.

Para sengkuni dalam ranah politik didaerah tentu saja sangat terlihat dalam ranah perebutan kepentingan untuk tetap berkuasa, apapun caranya harus tetap dilakukan. Oleh karena itu seorang pemimpin bukan saja harus mengambil sikap, pemihakan dan memberikan kata putus terhadap kebijakan publik.

Tetapi menurut Diogenes Laertius seorang, “Kita memiliki dua telinga dan hanya selembar lidah agar lebih mengedepankan mendengar dibandingkan berbicara.” Dengan begitu seorang pemimpin harus mengambil keputusan atau kebijakan public itu dengan pertimbangan tertentu. Langkah yang harus ditempuh dalam menjalankan roda pemerintahan dari sudut pandang birokrasi dan politik senantiasa disandarkan pada janji politik yang merupakan nawacita. Sebisa mungkin menghindari sifat sifat Sangkuni dalam menjalankan roda pemerintahan. (*)

Print Friendly, PDF & Email
Share This Article
Facebook Email Print
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Leave a review

Leave a Review Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Please select a rating!

Pencarian

Berita Terbaru

  • DPRD Minta Capil Terlibat Validasi Data Siswa PPDB Nunukan 2025 3 Juli 2025
  • DPRD Nunukan Pantau Pelaksanaan PPDB 2025 3 Juli 2025
  • David Tegaskan Bidang Tanah Sudah Berstatus Hak Milik, Lurah Karang Anyar Pantai Beri Penjelasan 3 Juli 2025
  • Bintohtal Rutin Polda Kaltara Guna Membangun Fondasi Karakter Humanis Personel 3 Juli 2025
  • Sosialisasi BPJS Dinilai Minim, DPRD Kaltara Minta Petugas Informasi di Tiap RS 3 Juli 2025
- Advertisement -

Advetorial

PT PRI Bekali Mahasiswa UBT di Acara Seminar K3 
ADVETORIAL
MODENA Perkenalkan Chest Freezer Terbaru, Solusi Andal untuk Berbagai Sektor Usaha
ADVETORIAL
PRI Peduli: Gelar Pengobatan Gratis dan Bagikan Bingkisan Natal
ADVETORIAL
Perayaan Nataru di Gereja HKBP Tarakan Berlangsung Semarak, Gubernur Ajak Warga Kaltara Tingkatkan Toleransi dan Kerjasama
ADVETORIAL
© 2025 Facesia.com | All Rights Reserved.
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Policy
  • Redaksi
  • Karir