TARAKAN – Tak semua usaha kecil tumbang oleh pandemi Covid-19. Usaha berjualan bunga contohnya. Tahun ini, jual beli bunga ramai diminati warga Kota Tarakan.
Salah satu tempat berjualan bunga yang masih aktif sampai saat ini adalah milik Damad. Pria berusia 53 tahun ini mengaku sangat antusias berjualan bunga lantaran banyak peminatnya. Namun sayang, kata Damad, peminat bunganya banyak namun banyak juga yang datang untuk melihat saja.
“Paling kalau 70 orang yang datang mungkin yang beli hanya 10 orang saja. Karena harga bunga ini kan tidak murah,” ungkapnya belum lama ini.
Namun berbeda di penghujung tahun 2020. Peminat bunga, nilai Damad, makin bertambah. Jika hari biasa, dia hanya bisa menjual 5 sampai 10 pot bunga, kini dia bisa menjual 10 sampai 20 pot jenis bunga apapun per hari. Dalam catatannya, selain bunga jenis Keladi Tengkorak, bunga jenis Aglonema merupakan bunga yang paling banyak dicari pembeli sejak pertengahan 2020 hingga saat ini.
“Satu hari itu, (bunga Keladi Tengkorak dan Aglonema) ya kemungkinan bisa 5 sampai 6 (terjual). Soalnya kan harganya mahal itu bunga. Bunga itu kan harganya mulai dari Rp400 ribu sampai Rp2 jutaan,” jelas Damad.
Jika hari biasa dirinya hanya mampu menjual 1 pot jenis bunga Aglonema, saat ini ia bisa menjual 5 sampai 6 pot berbagai jenis Aglonema dalam sehari. Jumlah penjualan tersebut, kata Damad, bisa katakan laris lantaran harga Aglonema yang tidak murah.
“Anglonema, kayak keladi ini mulai ngetren. Termasuk (bunga) Janda Bolong, tapi harga kan lebih murah daripada Aglonema. Jadi kan tanaman-tanaman ini kebanyakan orang cari di hutan-hutan sini. Kalau ini (Aglonema) dari Lampung,” bebernya.
Damad menjelaskan lagi, jenis bunga Aglonema termahal ialah Aglaonema Khanza. Meski menurutnya, tanaman Aglaonema tergolong masih baru, namun Aglonema jenis ini tergolong cukup mahal dengan harga Rp1,5 jt sampai Rp2 juta per pot.
“Memang harganya mahal dari kita beli juga, kurang lebih. Perawatannya tidak sulit. Memang yang ngetren itu. Kalau stoknya kosong begini, ada saja orang pesan. Jadi bunganya belum ada, sudah ada yang pesan duluan. Sekarang Aglonema. Pria-wanita yang banyak dicari, ya ini,” terangnya.
Untuk jenis keladi, kata Damad, tak kalah tinggi peminatnya. Selain harganya yang cukup terjangkau, perawatan bunga tersebut tersebut juga cukup mudah dan termasuk bunga yang cepat beradaptasi pada cuaca.
“Saya keluarkan satu hari itu kisaran 5 (pot) lah, kalau keladi itu bisa lebih dari 5 karena dia murah. Keladi kan ada yang harga Rp50 ribu. Paling mahal itu, ya Rp500 ribulah. Kalau keladi merah, keladi minyak itu,” terangnya.
Meski peminat bunga tak ada habisnya, Damad tidak dapat menjamin trend bunga dapat bertahan hingga tahun depan. “Kalau musimnya, ya laris. Tapi kadang itu tidak lama. Paling setahun. Tapi pedagang bunga seperti saya harus tetap ada untuk melestarikan bunga-bunga tetap ada,”tetangnya.
Musnah (51), padagang bunga lainnya juga merasakan hal sama. Larisnya bunga, kata dia, hanya pada musim tertentu. Jika tidak pada musimnya, maka pedagang harus bersabar dan tetap bertahan menjadi pedagang bunga.
Tapi soal bunga apa yang mahal, Musnah beda pilihan. Menurutnya, jenis bunga Monstera menjadi yang termahal baginya. Bunga jenis keladi yang satu ini, sebut Musnah, masih jarang di Kota Tarakan sehingga cukup mahal di kelasnya.
“Monstera itu lebih mahal lagi dari Aglonema. Paling kalau ada yang pesan baru saya carikan. Tidak pernah saya stok. Takutnya tidak laku Monstera itu harganya Rp4 sampai Rp5 juta. Kalau Aglonema, ya paling mahal Rp2 juta,” terangnya. (*/da)