JAKARTA – Operasi hidung (rhinoplasty) bukan cuma soal mengubah tampilan demi menunjang kepercayaan diri, tetapi dilakukan atas dasar kesehatan. Dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetik Arif Tri Prasetyo dari Santosa Hospital Bandung Kopo menjelaskan, bedah plastik rekonstruksi bertujuan memperbaiki bagian yang tidak normal menjadi mendekati normal.
Misalnya, orang mengalami kecelakaan sehingga hidungnya patah dan mengalami gangguan pernapasan. Sementara bedah plastik estetik dilakukan untuk menunjang penampilan pasien.
Untuk operasi hidung yang tujuannya estetik, pasien tentunya harus punya keluhan -seperti gangguan kepercayaan diri- ketika berkonsultasi kepada dokter. Bila dokter memutuskan pasien memang laik untuk menjalani proses bedah plastik, masih ada syarat yang harus dipenuhi.
“Harus screening, ada penyakit penyerta atau tidak. Bila ada, harus disingkirkan dulu. Misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi, harus sembuh dulu. Karena tidak serta merta bisa langsung tindakan,” kata Arif.
Selain itu, harus dipastikan bahwa pasien ingin menjalani operasi hidung berdasarkan keinginan diri sendiri, bukan paksaan orang lain.
Saat berkonsultasi, dokter akan menjelaskan bila keinginan pasien tidak bisa diwujudkan karena satu dan lain hal. “Tidak semua bisa direalisasikan, misalnya mau meninggikan hidung tinggi banget tapi jaringan hidungnya tidak kuat.”
Operasi hidung bisa menggunakan implan atau jaringan tubuh sendiri (autologus), yakni tulang rawan dari telinga, septum hidung atau tulang iga. “Yang tren sekarang pakai jaringan tubuh sendiri, dari tulang iga. Hasilnya lebih baik karena pakai bahan dari tubuh sendiri untuk membentuk hidung,” kata dia.
Proses operasi hidung menggunakan silikon relatif lebih cepat ketimbang dengan tulang rawan dari tubuh pasien. Dengan silikon, operasi bisa berlangsung selama satu jam. Pasien biasanya dibius lokal.
Sementara operasi menggunakan tulang rawan dari telinga atau iga memakan waktu sekitar tiga hingga lima jam di mana pasien dibius total. Jika tulang rawan diambil dari iga, dokter akan mengambil tulang rawan dengan menyayat sekitar 2-3 sentimeter di bagian dada.
Setelah operasi hidung selesai, wajar bila pasien mengalami pembengkakan, apalagi pada pekan pertama. Pasien harus menjaga kebersihan area operasi untuk mencegah terjadinya infeksi.
Hasil operasi bisa betul-betul terlihat setelah beberapa bulan. Tren seperti apa yang sedang digandrungi pasien operasi hidung?
“Karena kita di Asia, yang digunakan teknik rhinoplasty orang Asia, yang jadi pedoman yang dibuat Korea juga. Kebanyakan minta bentuk-bentuk seperti hidung artis Korea,” ungkap dia.
Kendati demikian, bukan berarti pasien harus jauh-jauh terbang ke Negeri Ginseng untuk memiliki bentuk hidung seperti idolanya. Kemampuan dokter bedah plastik di Indonesia sama bagusnya dengan di negara lain, ujar dia.
Selama pandemi COVID-19, jumlah pasien untuk operasi gawat darurat berkurang. “Untuk tindakan emergency tidak terlalu banyak karena pasien banyak yang berkurang, biasanya bedah plastik rekonstruksi, yang mengalami kecelakaan kerja, kecelakaan jalan raya, luka bakar, tidak terlalu banyak,”ujarnya.
Sebagian besar operasi yang ditangani sudah terjadwal (elektif). Pasien baru akan ditangani setelah dipastikan negatif COVID-19. “Walau tetap di kamar operasi kita pakai masker N95 dan face shield,” jelas dia.
Lalu, apakah dokter spesialis bedah plastik bisa mengenali bentuk hidung yang sudah dioperasi? Bertahun-tahun belajar mengamati wajah manusia membuatnya bisa melihat mana hidung yang merupakan hasil dari ruang operasi. Sulit menjelaskan seperti apa ciri-cirinya, tapi jam terbang membuatnya bisa mengenali perbedaannya.
Terkait dengan Jaksa Pinangki Sirna Malasari yang diperbincangkan karena disebut melakukan operasi hidung, Arif tak bisa berkomentar banyak karena foto-foto yang beredar terbatas. “Foto-foto yang beredar pakai makeup, jadi tidak tahu benar atau tidak, karena shading dari make up bisa bikin hidung terlihat bagus,” jelasnya.(sha)