JAKARTA – Peluncuran perdana buku “Dolorosa Sinaga: Tubuh, Bentuk, Substansi” dilaksanakan di di Ruang Serbaguna Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat 31 Januari 2020 lalu. Peluncuran buku tersebut diselenggarakan oleh empat lembaga diantaranya, Somalaing Art Studio milik Dolorosa Sinaga, Galeri Nasional Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Institut Kesenian Jakarta tempat Dolorosa belajar dan mengajar, dan IKJ Press sebagai salah satu penerbit buku.
Dalam peluncuran buku dihadiri langsung oleh sang editor yakni, Alexander Supartono dan Sony Karsono. Penerbitan buku itu tidak hanya dalam edisi berhasa Indonesia, tetapi juga dalam versi berbahasa Inggris dengan tajuk Dolorosa Sinaga: Body, Form, Matter. Kaleidoskop pameran instalasi “40 Tahun Aktivisme Seni Dolorosa Sinaga” sangat jelas merekam perjalanan artistik sang perupa selama lebih dari empat dasawarsa.
“Saya ingin mengajak anda memaknai perbedaan, sekaligus membayangkan bagaimana proses dialektis antara karya seni dan pemirsanya itu terjadi hingga menjadi pengetahuan berharga,” ungkap Dolorosa.
Dolorosa Sinaga adalah salah seorang pematung utama di Indonesia. Sebagai lulusan pertama Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ, kini Institut Kesenian Jakarta, IKJ). Kini, ia menjadi figur sejarah Fakultas Seni Rupa IKJ. Di samping itu, dia juga dikenal sebagai aktivis hak asasi manusia yang giat dalam melakukan advokasi kemanusiaan dan mobilisasi komunitas epistemik.
Sebagai seniman, ia telah berkarya lebih dari empat dasawarsa dan menciptakan lebih dari 600 karya. Sampai kini, karya-karyanya diburu para kolektor nasional dan internasional. Bukan hanya karena nilai artistiknya tetapi juga karena kemampuannya menyuarakan pesan-pesan kemanusiaan yang tak mampu diungkapkan melalui kata-kata. Dolorosa Sinaga tidak membatasi dirinya pada praktik artistik seni. Baginya, seni perlu hadir dan menjangkau luas semua spektrum.
Berpijak pada luasnya jangkauan kerja Dolorosa, buku ini menghadirkan dialektika panjang antara pengalaman hidup, kegelisahan politik, eksplorasi artistik, dan letup-letup inspirasi yang mewujud dalam lebih dari 600 karya Dolorosa Sinaga. Buku ini disusun dalam waktu yang panjang (hampir tiga tahun). Tak hanya menampilkan karya-karya, tetapi juga menyingkapkan inspirasi yang memicu kelahiran mereka.
“Melalui komitmen dan kerja sama yang kuat, produksi buku Dolorosa Sinaga: Tubuh, Bentuk, Substansi kini rampung sudah,” ujarnya.
Buku ini hadir dalam lima bagian. Bagian Pertama, Pengantar Umum, menyajikan kolaborasi dua artikel yang memandu pembaca dalam menjelajahi “rimba” visual, tekstual, dan intelektual di jantung buku ini. Bagian Kedua, Biografi, menghidangkan “Hidup, Seni dan Politik Dolorosa Sinaga”. Dalam esai panjang bergenre sejarah intelektual ini, sejarawan Sony Karsono menelaah tarik-tambang dialektis antara perjalanan hidup Dolorosa dan transformasi kota dan negeri tempatnya berkarya.
Bagian Ketiga, Galeri, memamerkan patung-patung representatif Dolorosa Sinaga, yang ditata secara tematik dan semi-kronologis. Bagian Keempat, Ragam Pandang, menyajikan 30 esai yang ditulis dalam 18 tahun terakhir ini tentang Dolorosa Sinaga dan patung-patungnya. Sebagai “pusat gravitasi” buku ini, sekaligus sebagai pondasi kearsipan karya-karyanya di kemudian hari. Bagian Kelima, Katalog, mempersembahkan daftar paling lengkap karya patung Dolorosa Sinaga.
Dalam buku itu juga membedah antara dialektika pengalaman, inspirasi dan kelahiran karya yang menggugat realitas Indonesia. Buku Dolorosa Sinaga: Tubuh, Bentuk, Substansi hadir lengkap dengan bunga rampai analisis. Dan yang terpenting, sebuah katalog karya Dolorosa selama lebih dari empat dasawarsa berkarya. (ren)