Fajar Mentari : Daripada Lembaga Kami Harus ‘Didagangkan’

TARAKAN – Usai konflik internal Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Kaltara perihal pemasangan foto salah satu pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltara di flyer dan banner Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah, konflik lain di tubuh PWPM Kaltara ikut diungkap. Adalah Wakil Ketua PWPM Kaltara, Fajar Mentari membeberkan adanya tawaran bantuan dana dari paslon Irianto Lambri – Irwan Sabri (Iraw) di salah satu kegiatan Pemuda Muhammadiyah Kaltara.




Fajar menyebut, tawaran bantuan dari paslon Iraw untuk kegiatan Pelantikan PWPM Kaltara belum lama ini adalah awal munculnya seteru di PWPM Kaltara. Tawaran tersebut, yakin Fajar dimotori oleh oknum-oknum yang tergabung dalam panitia acara.
“Termasuk mereka yang ada dalam foto bersama Pak Irianto dengan mengacungkan 2 jari,” bebernya dalam pernyataan yang disampaikan ke Facesia.com (7/10/2020).



Tawaran bantuan dana tersebut, lanjut Fajar, diberikan dengan catatan Irianto Lambrie mendapatkan panggung khusus saat kegiatan berlangsung. Tindakan ini dinilainya tidak elok, sehingga sempat terjadi adu mulut antara pengurus yang setuju menerima bantuan dan memberikan panggung khusus untuk Irianto Lambrie dengan pengurus yang konsisten memberikan panggung yang sama kepada semua paslon.



BACA JUGA : Afandi : Masalah Internal PWPM Kaltara Sudah Selesai



BACA JUGA : Bersuara Lagi, Fajar Mentari Kecewa Pernyataan Pengurus PWPM Kaltara Tak Sesuai Hasil Mediasi



“Jelang hari H acaranya, berlangsung di Hotel Duta Tarakan, saya memang sengaja lambat datang. Karena feeling saya sudah tak nyaman. Dan setiba saya di tempat acara, baru parkir kendaraan saya didatangi oleh ibu-ibu Nasyiatul Aisyiyah (NA). Mereka bertanya terkait keterlambatan kehadiran saya di tengah situasi acara yang sedikit menimbulkan kegaduhan. Sembari bercanda saya jawab, “justru tambah gaduh kalau saya ada di TKP (Hotel Duta)”,” kata Fajar.



Namun, lanjut Fajar lagi, dia tak lama di arena acara yang sedang ‘ribut’ lantaran mendapat panggilan dari Sekretaris Organisasi dan Keanggotaan Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah (PPPM), Anderyan Noor ke Swiss Belhotel Tarakan.
“Setiba saya di sana, kemudian beliau sedikit bercerita tentang kekecewaannya atas tragedi memalukan selama proses acara berlangsung, dan juga menyinggung soal flyer banner yang beliau sama sekali tak tahu-menahu dirinya dibawa-bawa dalam arus menyesatkan ini,” jelasnya.
Berangkat dari pertemuan tersebut, Fajar mendapat kepercayaan dari PPPM untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Namun Fajar mengakui, baik dia sebagai orang yang diberi mandat maupun Ketua Umum PPPM memang tidak pernah membahasnya di internal PWPM Kaltara.
“Karena kami ingin menguji sebesar apa rasa memilikinya. Anggap saja postingan itu adalah kebakaran. Kami ingin melihat kepekaan, intuisi, empati, rasa memilikinya, pedulinya, dan keterpanggilannya untuk bereaksi dan beraksi ketika melihat rumahnya kebakaran. Bukan menunggu hujan turun. Saya yakin bahwa jika ada kebakaran suatu kantor, bahkan cleaning service pun akan berusaha memadamkannya, sederhana ya logikanya. Kalau hal yang sederhana saja tidak bisa ditangkap, bagaimana mau jadi pemimpin umat,” tegasnya.
BACA JUGA : Pelantikan PWPM Kaltara Dirangkaikan Orasi Kebangsaan
Namun, Fajar mengaku paham posisi Ketua PWPM, Afandi Kamarudin yang juga salah satu unsur pimpinan di salah satu Partai Politik (Parpol) yang kebetulan mengusung Paslon Iraw. Afandi dinilai akan dilema menghadapi kasus ini.
“(Afandi) serba salah dibuatnya, apalagi sekaligus menjadi konflik internal di tubuh PWPM itu sendiri. Tapi tidak lantas boleh membuatnya lupa kalau masalahnya di PWPM beliau adalah Ketum, sementara di Parpol bukan. Bukan juga berarti tidak bisa membedakan antara menempatkan diri dengan menyesuaikan diri. Guru itu hanya boleh menempatkan diri jika masuk jam sekolah, tapi harus menyesuaikan diri jika sudah di luar jam sekolah,” jelasnya. “Dalam arti, bicara soal ini, kita lepas dulu seragam keparpolan masing-masing. Kita tanggalkan dulu kepentingan politik masing-masing supaya adil,” lanjut Fajar.
Tokoh pemuda Kaltara ini pun mempertanyakan, posisi Ketua PWPM Kaltara dan sejumlah pihak yang mengaku kader Muhammadiyah yang justru menunjukkan keberpihakan ke salah satu paslon. Sementara kader Muhammdiyah lainnya tidak melakukan pelanggaran yang sama.
“Saya pikir semua anggota pengurus adalah orang-orang intelek, bisa matang dalam bersikap. Jadi tidak harus saya gurui tentang kedewasaan berpikir dan bagaimana bersikap secara profesional,” imbuhnya.
Tak berhenti di situ, dia juga menyebut pernyataan Ketua PWPM Kaltara, Afandi Kamaruddin perihal ribut-ribut di internal PWPM Kaltara sudah klir adalah pernyataan keliru. Memang, ungkap Fajar, dia dan Ketua PWPM Kaltara Afandi Kamaruddin dan Sekretaris PWPM Kaltara Riskiyanto sempat dimediasi oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kaltara Haji Syamsi Sarman yang secara tersirat menyimpulkan bahwa mereka sepakat untuk diam.
“Tapi kezaliman postingan Ketua Tim Pemenangan Iraw dibiarkan saja yang sampai saat ini belum dihapus, dan tidak ada itikad baik sama sekali untuk meminta maaf. Padahal dengan kebesaran hati untuk meminta maaf itu bukan perbuatan yang tercela. Minta maaf tidak akan menurunkan kehormatan kita, tidak membuat kita menjadi lebih rendah. Justru itu akan membuat kita tampil lebih dewasa dan bijaksana,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Fajar juga menyayangkan ada kader Muhammadiyah yang punya kepentingan politik yang ‘menjual’ organisasi yang mereka cintai hanya gara-gara sumbangan dari paslon tertentu. Bahkan, kader Muhammadiyah tersebut tak kunjung meminta maaf dan disebut-sebut meminta kembali dana bantuan untuk acara pelantikan PWPM Kaltara beberapa waktu lalu.
“Apalagi menurut keterangan Sekretaris Umum, Riskiyanto dan bocoran dari rekan-rekan lainnya bahwa pak Irianto marah dan meminta uangnya untuk dikembalikan karena alasan ada panggung bagi yang lain. Tapi, kanda Syafruddin (tim hukum Iraw) menahannya,” ungkap Fajar.
Karena permintaan pengembalian itu sudah disampaikan secara lisan, Fajar yang menyebut mewakili Ketum PPPM menegaskan, sangat siap mengembalikan dana bantuan yang kabarnya berjumlah sekitar Rp 20 juta. “Daripada lembaga kami harus ‘didagangkan’ dan asal rekan-rekan bersedia bertaubat dari ‘pelacuran politik’ (jadi harus dikembalikan). Bukan berarti menghalang-halangi kebebasan berdemokrasi untuk berada pada percaturan politik,” katanya.
Pria yang akrab disapa FM ini pun tak segan meminta keluarga besar PWPM agar sadar diri. Menurutnya, nafas Muhammadiyah harus dikembalikan ke asalnya. Dia tak ingin kader Muhammdiyah ‘abu-abu’ dalam persoalan yang heboh belakangan ini.
“Tunjukkan warnamu selain abu-abu. Jangan cari aman, jangan ada dusta di antara kita, jangan jadi pecundang, buktikan siapa kita, mari lawan kezaliman, mari singkirkan pengkhianatan,” ajaknya.
BACA JUGA : Organisasi Muhammadiyah Salurkan Bantuan Sembako di Kaltara
Lebih jauh, Fajar menekankan agar kader Muhammadiyah bangkit melawan atau diam tertindas. Baginya, diam adalah pengkhianatan yang harus dibangkitkan menjadi perlawanan.
“Hidup khianat tak ubah layaknya seorang pecundang yang menggantungkan keberlanjutan hidupnya dengan memakan bangkai saudaranya sendiri. Semoga dengan kejadian ini memberikan pelajaran kepada kita semua untuk lebih tajam membedakan antara kader militan dengan kader karbitan,” tegasnya. (*)