TARAKAN – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kalimantan Utara mencatat bahwa gabungan tiga kabupaten/kota di provinsi tersebut mengalami deflasi sebesar -0,17 persen (mtm) pada Februari 2025.
Deflasi ini dipicu oleh penurunan harga tarif listrik dan beberapa komoditas pangan seperti tomat, cabai rawit, bawang merah, dan telur ayam ras.
Kepala KPwBI Kaltara, Hasiando Ginsar Manik, menjelaskan bahwa penurunan tarif listrik disebabkan oleh kebijakan pemerintah pusat yang memberikan diskon biaya listrik bagi pelanggan rumah tangga dengan daya di bawah 2.200 VA. Sementara itu, penurunan harga komoditas pangan disebabkan oleh terjaganya pasokan seiring dengan musim panen dan masuknya pasokan dari Sulawesi.
“Inflasi Kaltara tetap terjaga meski terdapat risiko tekanan inflasi global dan domestik,” ujar Hasiando.
Ia menambahkan bahwa Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kaltara terus bersinergi untuk menjaga stabilitas harga melalui kerangka kerja 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif).
Beberapa strategi yang dilakukan TPID Kaltara antara lain Optimalisasi pasar murah dengan 220 kegiatan di seluruh provinsi. Penerapan praktik pertanian yang baik (GAP) melalui penggunaan irigasi tetes dan bantuan sarana peningkatan produktivitas.
“Penguatan komunikasi efektif melalui pertemuan tingkat tinggi, diversifikasi produk konsumsi, sidak pasar, operasi pasar murah, dan imbauan belanja bijak melalui media sosial dan radio,” tuturnya.
KPwBI Kaltara juga mendorong program fasilitasi distribusi pangan dengan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengangkut barang pasar murah ke daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Hal ini bertujuan agar masyarakat di daerah pelosok dapat memperoleh komoditas pangan dan pertanian dengan harga yang lebih terjangkau.
“Dengan berbagai upaya ini, kami optimistis dapat menjaga inflasi tetap berada dalam kisaran target pada tahun ini,” pungkasnya. (*)