Facesia.comFacesia.comFacesia.com
Font ResizerAa
  • HOME
  • NEWS
    • NASIONAL
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • DPRD
    • DPD RI
    • DPRD KALTARA
    • DPRD TARAKAN
    • DPRD BULUNGAN
    • DPRD NUNUKAN
    • DPRD MALINAU
    • DPRD KTT
  • TNI POLRI
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • FACETIGASI
  • OPINI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Reading: Kematian Karyawati Akibat Beban Kerja Berlebihan Picu Protes Warganet
Share
Font ResizerAa
Facesia.comFacesia.com
  • FACE TV
  • OFFICIAL
  • HUKRIM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • NASIONAL
  • INTERNASIONAL
  • ADVETORIAL
Search
  • HOME
  • NEWS
    • NASIONAL
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • DPRD
    • DPD RI
    • DPRD KALTARA
    • DPRD TARAKAN
    • DPRD BULUNGAN
    • DPRD NUNUKAN
    • DPRD MALINAU
    • DPRD KTT
  • TNI POLRI
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • FACETIGASI
  • OPINI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Follow US
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Policy
  • Redaksi
  • Karir
© 2025 Facesia.com
Advetorial

Kematian Karyawati Akibat Beban Kerja Berlebihan Picu Protes Warganet

redaksi
redaksi
Published: 7 Januari 2021
Share
3 Min Read
KERJA : Karyawan bekerja di pabrik masker di Changyuan, Provinsi Henan, di tengah tingginya permintaan masker di China selama berjangkitnya wabah COVID-19. (ChinaDaily/mii/am
SHARE

BEIJING – Kematian karyawati berusia 22 tahun yang disebabkan oleh beban kerja berlebihan memicu protes dari kalangan warganet di China. Hingga Rabu (6/1), berita kematian karyawati platform belanja digital Pinduoduo tersebut telah dilihat 780 kali dan memicu komentar sengit di media sosial China Weibo.



Pihak Pinduoduo diduga merespons kematian karyawannya di akun resminya dengan menyatakan bahwa semua karyawan level terendah menghadapi situasi “hidup untuk mencari uang” dan hal itu bukan masalah modal, tapi masalah sosial. Namun pihak Pinduoduo membantah memberikan tanggapan yang sudah telanjur mendapatkan kecaman dari warganet.

Pinduoduo pada awal pekan lalu mengonfirmasi karyawannya meninggal dunia setelah mendapatkan pertolongan pertama sejak ditemukan pingsan selepas kerja hingga pukul 01.30 waktu setempat (00.30 WIB). Seorang pria yang mengaku sebagai karyawan Pinduoduo di Weibo mengunggah komentar pernah bekerja hingga pukul 2 atau 3 dini hari.



Perusahaan itu juga diprotes karyawan pada tahun lalu karena terbatasnya jumlah toilet. Hanya ada delapan toilet dengan jumlah karyawan yang mencapai 1.000 orang. Sementara itu media penyiaran China melaporkan bahwa kematian karyawan akibat beban kerja berlebihan bukan pertama kali ini terjadi.



Pada 19 Desember 2020, karyawan Shanghai Shangtang Techology yang berusia 47 tahun tiba-tiba meninggal dunia di luar area perusahaan alat kebugaran itu. Sebelumnya pada 4 Desember 2020, karyawan Gome Electric Cabang Fuzhou berusia 27 tahun tewas mendadak saat mengikuti rapat akhir tahun.

Keluarga kedua korban menyatakan bahwa hasil uji forensik mengindikasikan keduanya tewas akibat kelebihan beban kerja.

Industri internet Kuaishou mengumumkan model kebijakan “pekan besar dan pekan kecil” bagi seluruh karyawannya yang berlaku mulai 10 Januari 2021. Kebijakan itu berarti bekerja selama lima atau enam hari per pekan. ByteDance selaku pengelola TikTok juga telah menerapkan model tersebut.

Pinduoduo memberlakukan enam hari kerja per pekan. Sejak 2019, sejumlah karyawan perusahaan internet di China telah melaporkan “insiden 996” untuk menolak diterapkannya sistem kerja lembur paksa.

Huawei, Alibaba, Ant Financial, JD.com, 58.com, Suning, Pinduoduo, DJI, dan banyak perusahaan internet lainnya semuanya ada dalam daftar laporan karyawan tersebut. “Insiden 996” mengacu pada sistem kerja mulai jam 9 pagi hingga jam 9 malam, dengan 6 hari kerja sepekan dan hanya satu jam istirahat. Itu berarti para karyawan bekerja lebih dari sepuluh jam per hari.

“Kerja lembur sangat sering dan tanpa uang tambahan. Banyak rekan kerja yang baru pulang setelah jam 10 malam. Terkadang tidak banyak pekerjaan, tetapi jika kepala tim tidak pulang sampai jam 10 malam, tidak ada karyawan yang berani pulang duluan,” kata Ma Lishen, seorang karyawan perusahaan internet di Shanghai saat diwawancarai CGTN.

Prof Shen Jianfeng dari Fakultas Hukum Central University of Finance and Economics menyatakan bahwa kerja sistem 996 melanggar peraturan pembatasan jam kerja. Untuk melindungi kesehatan jasmani dan rohani karyawan, pemerintah China telah menerapkan sistem kerja delapan jam per hari atau 44 jam per pekan, demikian Prof Shen dikutip Legal Daily. (ANT)

Print Friendly, PDF & Email
Share This Article
Facebook Copy Link Print

Pencarian

Berita Terbaru

  • Kapolda Kaltara Buka Bimtek KIP Polri, Perkuat Humas Jadi Garda Terdepan Penangkal Hoaks dan Jaga Keamanan Informasi 14 Oktober 2025
  • DPRD Tarakan Minta Perumda Telekomunikasi Yakinkan Studi Kelayakan Bisnis untuk Penyertaan Modal 14 Oktober 2025
  • Hasan Basri Dengar Aspirasi dan Tebar Bantuan untuk Masyarakat Nunukan 14 Oktober 2025
  • Prioritas Keadilan dan Perlindungan Adat, Pemkab Nunukan Tanggapi Positif Tiga Raperda Inisiatif DPRD 13 Oktober 2025
  • Tujuh Fraksi DPRD Nunukan Sepakat, Pemekaran Tiga Desa Baru di Sebatik Bakal Dipercepat 13 Oktober 2025
- Advertisement -

Advetorial

PT PRI Bekali Mahasiswa UBT di Acara Seminar K3 
ADVETORIAL
MODENA Perkenalkan Chest Freezer Terbaru, Solusi Andal untuk Berbagai Sektor Usaha
ADVETORIAL
PRI Peduli: Gelar Pengobatan Gratis dan Bagikan Bingkisan Natal
ADVETORIAL
Perayaan Nataru di Gereja HKBP Tarakan Berlangsung Semarak, Gubernur Ajak Warga Kaltara Tingkatkan Toleransi dan Kerjasama
ADVETORIAL

Berita Terhangat

INTERNASIONALNEWS

Heboh Peta Timur Tengah Baru yang Diusulkan Israel, Seperti Apa?

11 Oktober 2024
INTERNASIONAL

Perang Dagang Indonesia Vs Uni Eropa 2021

3 Agustus 2021
INTERNASIONAL

Kekasih Tercinta Tewas Ditembak, Demonstran Myanmar Sumpah Lanjutkan Perlawanan

9 Maret 2021
INTERNASIONAL

Meghan Sebut Kerajaan Inggris Tolak Jadikan Anaknya Pangeran

9 Maret 2021
Previous Next
Facesia.comFacesia.com
© 2025 Facesia.com
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Policy
  • Redaksi
  • Karir
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?