JAKARTA – Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) melahirkan banyak inovasi yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Ditahun ke-7 KIPP dilaksanakan, inovasi yang meraih predikat Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dinilai semakin kolektif dan terintegrasi antar-organisasi perangkat daerah (OPD).
“Inovasinya tetap mengagumkan. Semakin kolektif dari berbagai unsur,” ungkap Anggota Tim Panel Independen KIPP 2020, Indah Sukmaningsih, usai tahap presentasi dan wawancara KIPP di Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Jakarta, Senin (06/07/2020).
Indah memberi contoh, ada Dinas Kesehatan yang bekerja sama dengan Kanwil Kementerian Agama. Peran kedua OPD tersebut dalam menciptakan suatu inovasi tentu berguna bagi masyarakat, terutama dalammeningkatkan kualitas kesehatan masyarakat yang dipadukan dengan ilmu keagamaan.
Beberapa pemerintah daerah yang sebelumnya tidak muncul dalam Top 99, tahun ini pun muncul untuk pertama kalinya. Beberapa daerah tersebut ialah Pemprov Bangka Belitung, Kabupaten Natuna, Kabupaten Fakfak, dan Kota Gorontalo. Diluar itu, lembaga pemerintah juga ada yang baru pertama kali mendapatkan predikat Top 99, yakni Kementerian Agama, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), serta BPJS Ketenagakerjaan.
Indah mengapresiasi beragamnya inovasi yang lahir pada kompetisi kali ini. Meski heterogen, tujuan beragamnya inovasi tersebut tidak jauh dari pengentasan kemiskinan, percepatan pelayanan, layanan kesehatan, hingga perlindungan masyarakat sebagai konsumen. Tak hanya itu, ada juga inovasi yang membela industri lokal dengan gerakan masyarakat membeli produk dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sehingga tidak perlu impor.
“Contohnya soal kualitas garam, makanan bergizi bagi daerahnya sendiri, juga upaya mandiri agar tidak ketergantungan pihak lain,” jelas Indah, yang merupakan mantan Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Tak seperti tahun sebelumnya, KIPP tahun ini memilki inovasi Kelompok Khusus. Inovasi yang dilombakan dalam kelompok itu, yakni inovasi yang pernah meraih predikat Top 99 atau Top 45 dari ajang sebelumnya. Tim Panel Independen menilai keberlanjutan serta perkembangan dari inovasi kelompok khusus tersebut. Lima inovasi terbaik akan dipilih dari 15 finalis yang kini unjuk gigi.
Indah menilai, kualitas inovasi yang masuk dalam 15 finalis Kelompok Khusus tersebut semakin menukik tajam. Bukan dalam konotasi menurun, menukik tajam yang dimaksud Indah adalah semakin berkembang mengikuti kebutuhan masyarakat. “Ada nilai tambah yang disesuaikan dengan kondisi yang berbeda dengan sebelumnya,” ungkap Indah.
Meski tahun ini tahap presentasi dan wawancara dilakukan secara daring atau online, Indah menilai tidak ada hambatan serius. Kendala sinyal atau jaringan adalah hal lumrah bagi semua kegiatan berbasis internet.
Di hari ke-6 ini, enam inovasi dari daerah di Provinsi D.I Yogyakarta lebih mendominasi. Provinsi D.I Yogyakarta menyumbangkan dua inovasi, sedangkan empat lainnya berasal dari Kota Yogyakarta, Kab. Bantul, Kab. Kulon Progo, serta Kab. Sleman. Sementara, daerah lain yang melakukan presentasi hari ini adalah Kota Jambi dan Kab. Natuna.
Indah menilai, inovator semakin terstruktur dalam menyajikan inovasinya dan penjelasannya dalam proposal. “Saat ini sudah tertulis dengan rapi, dampak sebelum dan sesudah inovasinya,” pungkas Indah.(bdi)