Ernadaa Rasyidah
(Pemerhati Generasi)
ERA millennial dengan segenap dinamika kehidupannya dapat dilihat pada masyarakat saat ini. Fenomena yang bisa dilihat dari aktivitas sehari-hari, standar, kebiasaan, ketergantungan kepada internet, individualis, egoisme, narsis, eksis, kerawanan mental dan lain sebagainya, telah menjadi momok yang melunturkan rasa peka kepada sesama.
Sebelum lebih jauh. Sama-sama kita telisik dulu makna “peka”. Menurut KBBI, kata peka diartikan sebagai; mudah bergerak; tidak lalai; mudah menerima atau meneruskan pengaruh dan mudah merasa.
Tidak dipungkiri, bahwa perkembangan teknologi memberikan kemudahan pada kita, sayangnnya peralihan ativitas dunia nyata ke dunia digital memberikan dampak buruk atas ketidaksiapan arus informasi yang demikian cepat. Konten-konten hoax dan unfaedah sangat mudah diakses, tanpa fillter yang memadai.
Gaya hidup sekuler dan hedonis melahirkan generasi apatis, yakni generasi acuh dan cuek, masa bodoh dengan lingkungan sekitar. Generasi pragmatis, yang melakukan sesuatu hanya karena dorongan kepentingan atau manfaat semu. Wajar kemudian generasi muda muslim mengalami ketidakjelasan tujuan hidup dan krisis Identitas. Banyak pula yang tenggelam dalam gaya hidup dan pola pergaulan yang hanya mementingkan kenikmatan sesaat dan syahwat duniawi semata.
Seringkali fenomena ini dibangun di atas anggapan bahwa masa muda adalah masa penuh bunga dan kecerian, permainan dan kesenangan. Keseriusan pun hanya tampak ketika ujian, bekerja, atau bila menghadapi sedikit masalah. Bahkan, ketika umat Islam hampir tenggelam dalam problematika yang begitu kompleks, umumnya pemuda muslim hanya menonton dari kejauhan. Seakan permasalahan yang menimpa umat ini tak memiliki hubungan sama sekali dengan kehidupan mereka.
Padahal, Allah SWT berfirman “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyeru berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah. (QS. Ali ‘Imran:110)
Ayat diatas secara gamblang menggambarkan bahwa generasi muslim adalah generasi terbaik, generasi unggul. Generasi yang seharusnya berada di garda terdepan sebagai agen perubahan juga pemimpin peradaban. Menjadi aktor aktivitas amar ma’ruf nahiy munkar, tidak cukup sekedar merasa pintar, lebih dari itu ia adalah sosok yang pintar dalam merasa (peka akan zaman).
Hal ini bisa diraih jika generasi muslim mengenali jati diri muslimnya, memahami hakikat dirinya sebagai hamba Allah dan tujuan penciptaannya. Sehingga memiliki kesadaran untuk bergerak, peduli dan aktif melakukan perubahan.
Setidaknya ada dua alasan kenapa Islam pantas dijadikan solusi sempurna untuk masalah kehidupan.
Pertama, Islam berbeda dengan agama lain. Disamping sebagai agama, Islam adalah mabda’ atau ideologi yang menghasilkan peraturan-peraturan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Islam mengatur dari segala hal dari bangun tidur hingga bangun negara, dari cara masuk WC hingga petunjuk masuk Surga. Jika kita mencari seluruh masalah kehidupan, pasti solusinya akan ditemukan dalam Islam.
Jika agama lain hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan manusia dengan dirinya sendiri, tapi tidak hanya itu dengan Islam, seluruh aspek kehidupan mulai dari aqidah, nafsiyah dan muamalah, hubungan manusia dengan manusia lainnya memiliki aturan yang rinci. Jadi sebagai generasi muslim, sudah saatnya bangga mengambil dan meyakini Islam sebagai solusi.
Kedua, Islam berasal dari Allah yang menciptakan manusia dan alam semesta beserta isinya. Islam berasal dari zat yang menciptakan manusia, maka aturannya pasti sesuai fitrah manusia karena berasal dari Yang Maha Sempurna. Tentunya hanya Allah yang mengetahui aturan yang terbaik buat makhluk-Nya.
Sebuah analogi, jika kita ingin tahu bagaimana cara menggunakan HP pasti kita akan bertanya pada yang membuat HP dengan membaca buku petunjuk yang ditulis oleh perusahaan yang membuat HP. Jadi tidak tepat jika kita bertanya tentang bagaimana cara menggunakan HP pada orang yang tidak paham dengan HP itu.
Demikian juga, jika aturan itu buatan manusia pasti tidak akan adil jika diterapkan pada manusia karena si pembuat aturan pasti lebih mengedepankan kepentingannya dari pada orang lain. Manusia akan menggunakan nafsunya ketika membuat satu aturan. Tentunya jika yang membuat aturan adalah para koruptor mereka akan merancang undang-undang yang bisa meberikan celah bagi koruptor agar bisa lepas dari jeratan hukum. Jika mereka adalah para pezina mereka akan membuat aturan yang menghalalkan zina. Sungguh, hukum buatan manusia tidak akan memenuhi unsur keadilan bagi seluruh umat manusia dan tidak juga memberi solusi tuntas untuk masalah kehidupan.
Allah SWT berfirmanَ “Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya). (QS. Al-Ma’idah :50)
Pastinya hanya hukum syariah yang bersumber dari ajaran Islam mulia yang menjadi solusi sempurna untuk menyelesaikan masalah kehidupan yang dihadapi oleh umat manusia , yang terbukti sesuai fitrah manusia, rasional, dan menentramkan jiwa.
Fitrahnya manusia akan tunduk pada kebenaran. Penerapan Islam secara kaffah akan memunculkan kesadaran umat secara kolektif, baik skala individu, masyarakat hingga negara. Kesadaran umat inilah yang ditakutkan oleh para pengemban ideologi kapitalis sekuler yang saat ini sedang berkuasa menjadi adidaya dunia. Sehingga berupaya menjauhkan generasi dengan identitasnya, menjerat dengan kesenangan semu dan syahwat dunia yang menipu.
Islam yang memberikan solusi tuntas atas masalah kehidupan harus disuarakan terus menerus, agar kesadaran umat semakin menguat sehingga umat rela dan ingin diatur dengan Islam. Sehingga kehidupan Islami bisa terwujud dalam kehidupan nyata seperti yang pernah terjadi dalam sejarah kegemilangan umat Islam dalam naungan sistem pemerintahan Islam, yakni khilafah.
Aktivitas dakwah akan menggerus rasa acuh, dan melahirkan kepekaan dan kesadaran.
Karena itu, luruskan niat, berazam untuk menjadi penolong agama Allah. Teruslah mengkaji Islam, memahami Islam sebagai pandangan hidup yang sempurna, agar tsaqofah kita bertambah sehingga semakin mantap kita meniti jalan dakwah yang mulia, jalan para nabi dan rasul, dengannya kita meninggalkan jejak-jejak kebaikan yang akan terus mengalirkan pahala jariah meskipun saat kita telah meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Amalan jariyah yang kita dapat dari usaha dakwah akan menolong kita saat tidak satupun orang yang bisa memberi pertolongan.
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” [Ar-Ra’d/13:11].
Wallahu’alam.