PARIS – Deretan siluet tas ikonis Louis Vuitton hadir dengan monogram ‘LV’ yang didesain ulang. Sepintas, motifnya mirip dengan batik khas Indonesia. Apakah batik memang menjadi inspirasi utama luxury brand dari Prancis tersebut untuk koleksi ini?
Louis Vuitton menamai koleksi tersebut ‘Crafty Collection’. Dijelaskan di salah satu unggahan Instagram LV, bahwa Crafty Collection merupakan interpretasi baru pada monogram LV yang kini hadir dalam ukuran yang lebih besar dan kombinasi warna yang menonjol. Nama batik tak muncul dalam deskripsinya.
Sebuah foto kampanye memperlihatkan model berpose dengan tote bag yang dihiasi motif monogram LV berwarna hitam. Warna coklat dan putih menjadi latarnya. Di sekitaran motif monogram tersebut, tampak corak geometris bernuansa etnik ikut menghiasi. Di situsnya, tas tersebut dijual seharga 2.050 euro atau sekitar Rp 35 juta. Dominasi warna coklat muda mengingatkan pada batik. Ditambah lagi, salah satu bentuk monogramnya menyerupai kawung, salah satu motif batik yang legendaris.
Motif monogram LV sendiri adalah salah satu warisan penting dari merek yang eksis sejak 1854 itu. Seperti dilansir dari situs Louis Vuitton, Georges Vuitton menciptakan motif monogram LV, yang di antaranya terdiri dari bunga dan quatrefoils (berbentuk seperti daun semanggi), pada 1896 untuk mengenang ayahnya, Louis, sang pendiri rumah mode tersebut.
Batik yang sebenarnya muncul di koleksi Cruise 2020 dari Dior yang juga dirilis baru-baru ini. Namun, bukan batik Indonesia melainkan batik Afrika. Dior memperkenalkan koleksi tersebut dalam sebuah peragaan spektakuler yang digelar April tahun lalu di pelataran istana kuno El Badi, Marrakech, Maroko.
Sesuai pemilihan tempatnya, desainer utama Dior, Maria Grazia Chiuri, memang ingin merayakan budaya Afrika lewat koleksi tersebut. Ia lantas mengeksplor kain-kain tradisional Afrika, yang salah satunya diolah dengan menggunakan wax atau lilin, sebagaimana malam untuk pembuatan batik tulis.
“Ketrampilan tangan adalah bagian dari warisan kami (Dior), dan sebagai sebuah rumah adibusana, kami harus berbicara tentang hal tersebut dalam cara yang berbeda, dengan cara yang kontemporer,” ungkap Maria kepada Vogue Paris tentang koleksi tersebut. Sebelum Dior, ada Stella McCartney yang mengangkat motif batik Afrika untuk koleksi Spring-Summer 2018. Ia disebut-sebut terinspirasi motif ‘Ankara’ atau African Wax.
Menurut catatan sejarah, Ankara muncul di zaman kolonialisme setelah penjajah asal Belanda membawa teknik pembatikan khas Indonesia masuk ke tanah Afrika.(sha)