Facesia.comFacesia.comFacesia.com
Font ResizerAa
  • HOME
  • NEWS
    • NASIONAL
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • DPRD
    • DPD RI
    • DPRD KALTARA
    • DPRD TARAKAN
    • DPRD BULUNGAN
    • DPRD NUNUKAN
    • DPRD MALINAU
    • DPRD KTT
  • TNI POLRI
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • FACETIGASI
  • OPINI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Reading: Pemecatan PNS China karena Langgar Pembatasan Anak Dicabut
Share
Font ResizerAa
Facesia.comFacesia.com
  • FACE TV
  • OFFICIAL
  • HUKRIM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • NASIONAL
  • INTERNASIONAL
  • ADVETORIAL
Search
  • HOME
  • NEWS
    • NASIONAL
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • DPRD
    • DPD RI
    • DPRD KALTARA
    • DPRD TARAKAN
    • DPRD BULUNGAN
    • DPRD NUNUKAN
    • DPRD MALINAU
    • DPRD KTT
  • TNI POLRI
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • FACETIGASI
  • OPINI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Follow US
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Policy
  • Redaksi
  • Karir
© 2025 Facesia.com
Advetorial

Pemecatan PNS China karena Langgar Pembatasan Anak Dicabut

redaksi
redaksi
Published: 14 Oktober 2020
Share
4 Min Read
Ilustrasi-- Anak-anak di China. (Google.Co.Id/Dok)
SHARE

JAKARTA – Regulasi yang mengatur tentang pemecatan pegawai negeri sipil dan karyawan badan usaha milik negara di China atas pelanggaran pembatasan jumlah anak akan dicabut seiring dengan revisi kebijakan kependudukan dan keluarga berencana di berbagai daerah.



Ini sesuai dengan perkembangan zaman di tengah penurunan angka kelahiran dan meningkatnya kelompok masyarakat usia tua, demikian komentar media setempat, Rabu (14/10/2020).

Per 22 September 2020 Pemerintah Daerah Otonomi Guangxi secara resmi mengamandemen regulasi tersebut. Hal yang sama juga dilakukan oleh Pemerintah Daerah Otonomi Ningxia pada Juni.



Baca juga : Realisasi Pemberian SOA Barang Sudah Capai 50 Persen



Baca juga : Mendesak Presiden, Ini Isi Tuntutan Demo Buruh di Kota Tarakan Soal Omnibus Law

Jauh hari sebelumnya, beberapa daerah di China lainnya, seperti Provinsi Guangdong dan Provinsi Hainan, juga telah membatalkan aturan pemecatan PNS dan karyawan BUMN yang melanggar ketentuan pembatasan jumlah anak.

Sejak 2016, semua pasangan suami-istri di China diizinkan memiliki dua anak. Kebijakan tersebut mengakhiri kebijakan satu anak yang sudah berlangsung selama 40 tahun.

Program keluarga berencana yang diperkenalkan di China pada era 1970-an itu membatasi setiap pasutri punya satu anak.

Namun pada 2013, pimpinan Kongres Rakyat Nasional (NPC) atau lembaga legislatif China melonggarkan kebijakan keluarga berencana tersebut dengan mengizinkan pasutri memiliki anak kedua jika salah satu dari pasangan tersebut pernah memiliki seorang anak.

Dengan jumlah penduduk China pada 2019 telah mencapai angka 1,4 miliar jiwa, maka angka kelahiran di China sangat rendah dalam tujuh dekade terakhir.

Baca juga : Disinformasi UU Cipta Kerja, Pjs Gubernur Kaltara Luruskan Substansinya

Baca juga : Uji klinis: Obat Rheumatoid Arthritis Lilly Turunkan Kematian COVID-19

Data Biro Statistik Nasional per Januari 2020, jumlah kelahiran baru berkurang 580.000 menjadi hanya 14,65 juta bayi dengan angka kelahiran 10,48 orang per 1.000 penduduk.

Dalam sensus keenam pada 2010 hasilnya jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas mencapai 177,6 juta jiwa atau sekitar 13,3 persen populasi China.

Pada tahun 2019, NPC meninjau kembali ketentuan dalam peraturan daerah yang menyatakan PNS dan karyawan BUMN dengan anak lebih dari satu akan dipecat.

NPC berpendapat bahwa sanksi tersebut sudah tidak relevan dengan kondisi terbaru kependudukan dan perkembangan sosial ekonomi.

NPC kemudian mengusulkan kepada pemerintah daerah agar mulai mengamandemen peraturan tersebut.

Sayangnya, penghapusan kebijakan yang secara bertahap berlaku sejak 2016 tersebut belum menarik minat pasutri di China untuk menambah momongan.

“Tambah anak itu berarti, tambah biaya hidup, tambah kesibukan. Tidak cocok dengan tuntutan ekonomi sekarang,” kata perempuan bermarga Liu yang bekerja sebagai PNS kepada ANTARA belum lama ini.

Dengan satu anak gadis saja, lanjut dia, biaya hidup, termasuk biaya pendidikan dan kursus-kursus keterampilan sudah sangat tinggi.

Mengingat adanya fenomena seperti itu dan banyak anak muda di China yang tidak mau menikah atau memiliki anak, sejumlah pengamat mendorong pemerintah setempat lebih banyak membuat kebijakan baru agar pasutri memiliki anak guna mengatasi persoalan demografi di negara berpenduduk terbanyak di dunia itu. (ant)

Print Friendly, PDF & Email
Share This Article
Facebook Copy Link Print

Pencarian

Berita Terbaru

  • Kapolda Kaltara Buka Bimtek KIP Polri, Perkuat Humas Jadi Garda Terdepan Penangkal Hoaks dan Jaga Keamanan Informasi 14 Oktober 2025
  • DPRD Tarakan Minta Perumda Telekomunikasi Yakinkan Studi Kelayakan Bisnis untuk Penyertaan Modal 14 Oktober 2025
  • Hasan Basri Dengar Aspirasi dan Tebar Bantuan untuk Masyarakat Nunukan 14 Oktober 2025
  • Prioritas Keadilan dan Perlindungan Adat, Pemkab Nunukan Tanggapi Positif Tiga Raperda Inisiatif DPRD 13 Oktober 2025
  • Tujuh Fraksi DPRD Nunukan Sepakat, Pemekaran Tiga Desa Baru di Sebatik Bakal Dipercepat 13 Oktober 2025
- Advertisement -

Advetorial

PT PRI Bekali Mahasiswa UBT di Acara Seminar K3 
ADVETORIAL
MODENA Perkenalkan Chest Freezer Terbaru, Solusi Andal untuk Berbagai Sektor Usaha
ADVETORIAL
PRI Peduli: Gelar Pengobatan Gratis dan Bagikan Bingkisan Natal
ADVETORIAL
Perayaan Nataru di Gereja HKBP Tarakan Berlangsung Semarak, Gubernur Ajak Warga Kaltara Tingkatkan Toleransi dan Kerjasama
ADVETORIAL

Berita Terhangat

INTERNASIONALNEWS

Heboh Peta Timur Tengah Baru yang Diusulkan Israel, Seperti Apa?

11 Oktober 2024
INTERNASIONAL

Perang Dagang Indonesia Vs Uni Eropa 2021

3 Agustus 2021
INTERNASIONAL

Kekasih Tercinta Tewas Ditembak, Demonstran Myanmar Sumpah Lanjutkan Perlawanan

9 Maret 2021
INTERNASIONAL

Meghan Sebut Kerajaan Inggris Tolak Jadikan Anaknya Pangeran

9 Maret 2021
Previous Next
Facesia.comFacesia.com
© 2025 Facesia.com
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Policy
  • Redaksi
  • Karir
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?