TARAKAN – Kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia sebesar 32 persen diprediksi akan memberikan pukulan berat bagi para pelaku usaha eksportir hasil laut di Tarakan.
Ketua Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Kalimantan Utara (Kaltara), Peter Setiawan, mengungkapkan bahwa kenaikan tarif yang signifikan ini dipastikan akan menurunkan permintaan dari Negeri Paman Sam lantaran harga produk yang menjadi lebih tinggi.
“Dampak tarif 32 persen ini cukup menyulitkan. Sudah pasti permintaan dari Amerika akan menurun karena harga akan tinggi,” ujar Peter kepada awak media, Senin (7/4).
Peter mengungkapkan, terdapat empat perusahaan di Tarakan yang selama ini aktif melakukan ekspor hasil laut ke Amerika Serikat. Bahkan, sebelum tarif 32 persen ini ditetapkan, para pengusaha telah merasakan imbas dari kenaikan tarif awal sebesar 10 persen yang memaksa mereka untuk mencari strategi alternatif.
“Sebelumnya dengan kenaikan 10 persen saja, para pengusaha sudah harus memutar otak,” imbuhnya.
Menyikapi kondisi sulit ini, para pengusaha di Tarakan berencana untuk mengalihkan fokus pasar ekspor mereka ke Eropa. Namun, Peter mengakui bahwa upaya ini juga tidaklah mudah mengingat kondisi ekonomi di beberapa negara Eropa yang sedang mengalami penurunan pendapatan.
Lebih lanjut, Peter memprediksi bahwa kebijakan tarif resiprokal ini akan secara langsung mempengaruhi harga komoditas unggulan seperti udang. Meskipun saat ini belum terlihat perubahan harga yang signifikan, ia khawatir dampak berkelanjutan akan terasa, termasuk potensi persaingan harga yang lebih ketat di pasar negara lain di mana pembeli cenderung mencari produk dengan harga termurah.
APINDO Kaltara sendiri memberikan saran kepada para pengusaha untuk aktif mencari alternatif negara lain sebagai pasar ekspor baru. Meskipun diakui bukan perkara mudah, langkah ini dianggap krusial untuk menjaga keberlangsungan usaha. Salah satu alternatif pasar yang disarankan oleh APINDO adalah Rusia.
“Saran dari Apindo memang meminta para pengusaha mencari alternatif negara lain sebagai market baru. Namun memang tidaklah mudah. Apindo menyarankan ekspor ikan ke Rusia,” pungkas Peter.
Para pelaku usaha eksportir hasil laut di Tarakan kini dihadapkan pada tantangan besar untuk beradaptasi dengan kebijakan tarif baru ini dan mencari solusi agar roda perekonomian sektor mereka tetap berputar. Upaya diversifikasi pasar menjadi kunci utama untuk meminimalisir dampak negatif dari kebijakan proteksionis Amerika Serikat. (nri)