LONDON – Mahasiswa Indonesia yang tengah menuntut ilmu di Università della Svizzera Italiana (USI), Lugano, Swiss bekerja sama dengan UNESCO meluncurkan aplikasi iWareBatik dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI yang ke-75, untuk dokumentasi digitalisasi batik sebagai warisan budaya tak benda.
Pensosbud KBRI Bern dalam keterangan tertulis kepada Antara London, Sabtu menyebutkan iWareBatik diluncurkan dalam bentuk laman iwarebatik.org dan aplikasi ponsel pintar. Tepat pada 17 Agustus, aplikasi iWareBatik bisa diunduh di ponsel Android dan iOS.
Dubes RI untuk Swiss Muliaman D. Hadad mengatakan proyek ini mendapat dukungan penuh dari UNESCO Chair di USI, Prof. Lorenzo Cantoni, yang menyatakan proyek ini sejalan dengan visi, misi, dan nilai-nilai yang dijunjung UNESCO, yaitu penggunaan teknologi yang bijak untuk pelestarian budaya.
Dalam hal ini, dokumentasi digital batik dapat lebih menjangkau generasi muda dan meneruskan nilai-nilai leluhur yang terkandung dalam motif batik dimaksud. Menurut Dubes Muliaman D. Hadad, konsultasi intens dengan KBRI Bern dialkukan selama proses pengembangan aplikasi ini.
“Ide untuk digitalisasi batik ini dapat sejalan dengan peningkatan jumlah wisatawan yang akan datang ke Indonesia untuk membeli dan menggunakan batik”, ujar Dubes, sambil menambahkan bahwa oleh karena itu materi tentang pariwisata Indonesia pun dimasukkan di dalam aplikasi.
Digitalisasi batik ini berfungsi membantu pemangku kepentingan baik dari Indonesia maupun masyarakat internasional untuk mengidentifikasi berbagai tekstil batik, filosofis di balik motif batik, asalnya, dan informasi berkaitan dengan produsen batik di daerah seperti kampung atau desa batik serta galeri batik.
Koordinator Riset Teknologi Komunikasi iWareBatik untuk Batik Indonesia, Puspita Ayu Permatasari, menyampaikan aplikasi ini menampilkan ratusan motif baik dan menjelaskan proses pembuatan batik secara detil, mulai dari tahap menggambar pola, pewarnaan, teknis lukis, dan penjemuran.
Dikatakannya filosofi dibalik iWareBatik yaitu “I am aware of Batik”. “Melalui aplikasi ini, kami berharap orang-orang tidak hanya memakai batik (wear) tapi juga memahami (aware) makna batik yang sedang dipakai,” ujarnya.
Puspita saat ini tengah menekuni Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk Warisan Budaya Tak Benda dan Pariwisata sebagai fokus studi S3-nya di USI. Fitur peta interaktif juga tersedia pada aplikasi ini, sehingga orang-orang dapat mengetahui motif batik yang khas dari masing-masing provinsi di Indonesia.
“Harapannya, orang-orang yang berkunjung ke Indonesia, misalnya ke Kalimantan Selatan, Maluku atau provinsi mana saja. bisa mengetahui motif batik khas dari daerah tersebut, sebelum memutuskan untuk membeli batik dijadikan souvenir,” ujar Puspita.
Melalui proyek ini, setiap orang dapat mengidentifikasi berbagai motif batik dari seluruh provinsi di Nusantara beserta maknanya. Lebih dari seratus motif batik berhasil dirangkum dalam aplikasi dan masih akan diperkaya lagi.
Aplikasi ini juga dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang memungkinkan para pengguna mengetahui motif batik dengan mengambil foto kain batik. Hingga saat ini, aplikasi tersebut mengidentifikasi beberapa motif batik, yaitu merak, kawung, ampiek, parang, dan akan dikembangkan lebih lanjut di masa datang.
Program teknologi digital ini terwujud atas kolaborasi beasiswa LPDP Indonesia, Asosiasi Sobat Budaya, Laboratorium Teknologi USI eLab, dan Institusi USI UNESCO Chair dalam Teknologi Informasi Komunikasi (TIK).
Pengembangan teknologi digital iWareBatik bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pariwisata berkelanjutan dan pelestarian batik yang diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda di Indonesia.(sha)