AFAIR 2020, Mengusung Tema “Us Within Us Without”
JAKARTA– Departemen Arsitektur Universitas Indonesia bekerjasama dengan Galeri Nasional Indonesia dan APTARI (Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia) menggelar AFAIR (Architecture Fair) 2020, pada 28 Januari – 9 Februari 2020 di Galeri Nasional Indonesia, tepatnya di Gedung C. Program edukasi biennale ini dipandang sebagai upaya untuk memosisikan kembali keberadaan dan peran arsitektur dalam konteks lingkungan dan keseharian manusia.
AFAIR 2020 mengusung tema “Us Within Us Without” dengan mengangkat dua kondisi yakni “Us Within Architecture” dan “Us Without Architecture”, untuk mempertanyakan kembali pemahaman kita terhadap arsitektur. Arsitektur tidak hanya memiliki peran dalam keseharian manusia sebagai pengguna, namun juga memiliki dampak terhadap keterhubungan kita dengan lingkungan sekitar.
Kurator AFAIR 2020, Yandi Andri Yatmo mengungkapkan, gelaran ini mengajak perubahan cara berpikir arsitektur yang selama ini berorientasi pada “saya” sebagai manusia yang harus terpenuhi kebutuhannya, menjadi “kita” sebagai jejaring ekologi dan budaya yang lebih luas yang perlu senantiasa dijaga keseimbangannya.
“AFAIR 2020 menjadi wadah diskursus berbagai pengetahuan terkait estetika, materialitas, tektonik, budaya, teknologi, dan ekologi,” kata Guru Besar Arsitektur Universitas Indonesia tersebut.
AFAIR 2020 dimaksudkan, untuk mengedukasi masyarakat mengenai pendidikan arsitektur yang ada di Indonesia serta mendorong reorientasi kurikulum kepada tujuan arsitektur yang lebih bermakna. Gelaran ini merupakan upaya untuk mengajak masyarakat lebih membuka mata terhadap isu-isu yang sedang terjadi di sekitar masyarakat seperti perubahan iklim, permasalahan ekologis, lokalitas, dan materialitas, serta permasalahan dalam masyarakat, komunitas, maupun individu. Tidak hanya itu, peran penting merespons isu-isu tersebut dalam rangka mencapai lingkungan kehidupan yang lebih baik.
Program tersebut disajikan melalui berbagai kegiatan meliputi sayembara, diskusi, workshop, serta pameran untuk merefleksikan kembali peran arsitektur terhadap situasi dan tantangan yang tengah ada. Secara keseluruhan, karya yang ditampilkan sejumlah 214 karya arsitektur dua dan tiga dimensional berupa maket, instalasi, dan display visual (diagram, foto, teks, video, dan lain-lain).
Dari 214 karya terdiri dari 105 karya mahasiswa arsitektur dari 62 universitas/institusi yang bergabung dalam APTARI yang lolos seleksi kurasi (101 karya disajikan dalam pameran, empat karya dipresentasikan dalam Diskusi Terbuka), dan 109 karya mahasiswa Departemen Arsitektur Universitas Indonesia yang dipilih berdasarkan pertimbangan kuratorial.
AFAIR 2020 juga akan menyelenggarakan presentasi karya mahasiswa arsitektur seluruh Indonesia serta kelas diskusi terbuka untuk umum. Kelas diskusi dengan pembicara dari praktisi dan akademisi bidang arsitektur yakni Andi Subagio, Yu Sing, Alvar Mensana, Achmad Hery Fuad, Achmad Noerzaman, Eko Prawoto, Kemas Ridwan Kurniawan, dan Buky Sosiawan, akan membahas tentang perubahan iklim, lokalitas arsitektur dan material, serta permasalahan urban.
Selain itu dihadirkan reviewer yaitu Ariko Andikabina, Realrich Sjarief, Armeyn Ilyas, Astrid Susanti, Sigit Kusumawijaya, Firman Herwanto, Ahmad Saladin, Farrizky Astrawinata, Erick Budi Yulianto, Resza Riskiyanto, dan Gustav yang akan melakukan review terhadap presentasi 105 karya mahasiswa arsitektur dari 62 universitas/institusi yang bergabung dalam APTARI yang lolos seleksi kurasi.
Sebagai main-event akan diadakan puncak dari sayembara AFAIR 2020 untuk mahasiswa arsitektur, arsitektur interior, dan desain interior bertajuk “Urban Detox” yang seleksinya telah dilaksanakan pada 17 Januari 2020 lalu. Puncak sayembara berupa presentasi tiga karya terbaik serta penyerahan plakat kepada pemenang. (ren)