JAKARTA – Di Indonesia, produk perikanan menyediakan 54 persen dari seluruh protein hewani yang dikonsumsi masyarakat. Kontribusinya dalam penciptaan lapangan pekerjaan juga sangat penting. Pelaku usaha perikanan, langsung maupun tidak langsung, jumlahnya sangat besar.
Ketua Harian Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Dani Setiawan mengatakan, nelayan dan pembudidaya memiliki peran penting menjadi andalan dalam menopang kedaulatan dan ketahanan pangan nasional. Selain itu, sektor perikanan tangkap diperkirakan menyediakan lapangan kerja langsung lebih dari enam juta orang dan lapangan kerja tidak langsung bagi jutaan lainnya.
“97 persen dari total jumlah nelayan di Indonesia, jika dilihat dari ukuran kapal < 10 GT merupakan nelayan skala kecil,” kata Dani dalam diskusi online Kopi Pahit bertajuk ‘Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi Covid-19’ di Jakarta, Kamis (23/4/2020).
Mayoritas nelayan dan pembudidaya mengalami dampak dari pandemi Covid-19. Sehingga, kelangsungan para produsen pangan perikanan akan ikut terancam. Dani secara gamblang menyebutkan, mayoritas daerah melaporkan terjadi penurunan harga ikan yang cukup signifikan, terutama jenis ikan tertentu yang menjadi komoditas ekspor.
Tidak hanya sampai disitu, penjualan hasil tangkapan menjadi kendala besar saat ini, dikarenakan banyak pengepul ikan tidak melayani atau setidaknya membatasi pembelian ikan dari nelayan/pembudidaya. Kondisi tersebut, kata Dani, menyebabkan banyak nelayan dan pembudiaya yang kewalahan menjual hasil tangkapan.
“Apalagi negara tujuan ekspor perikanan Indonesia juga sedang menutup diri, membatasi transaksi perdagangan internasionalnya dengan negara lain,” ucap Dani.
Dani juga menyampaikan, saat ini harga ikan sedang jatuh, beban ongkos produksi atau ongkos melaut tetap tidak berubah, bahkan ada kecenderungan naik. Di beberapa tempat, lanjut Dani, nelayan masih sulit mendapatkan akses BBM bersubsidi. Para pembudidaya juga mengeluhkan harga pakan yang cenderung naik. Kondisi ini semakin memberatkan nelayan dan pembudidaya.
“Ongkos produksi tetap bahkan cenderung naik, tapi penghasilan mengalami penurunan,” tutup Dani. (bdi)