
TARAKAN – Penyebab umum kwh meter prabayar, muncul tulisan periksa, yakni karena salah konfigurasi pengawatan. Hal ini terjadi saat kabel tanah (ground) bersentuhan dengan kabel netral.
Manajer PLN UP3 Tarakan, Suparje Wardiyono mengungkapkan, kondisi tersebut menyebabkan arus bocor. Kebocoran arus listrik disebabkan oleh cara penyambungan atau kondisi kabel yang buruk.


“Ini menyebabkan kabel terkelupas yang mana sangat berbahaya memicu percikan api, dan kebakaran atau biasa disebut korsleting,” ungkapnya kepada media ini, Sabtu (29/9/2020).
Efek lain, kata pria yang akrab disapa Suparje, yaitu pemakaian listrik menjadi boros. Apabila terjadi muncul “Periksa”, dia berharap, agar pelanggan segera menghubungi PLN terdekat melalui contact center PLN 123 atau jika dengan HP Kode Area 123.
Baca juga : Pjs Gubernur akan Kawal Kaltara Selama 3 Bulan
Baca juga : Pjs Gubernur-Kapolda Kaltara : Kami Netral
Maka dari itu, pemeriksaan instalasi sangatlah penting dan pastikan instalasi di rumah telah memiliki Sertifikat Laik Operasi (SLO) agar tidak ada kelebihan beban pada kabel sky driver win 7 32bit full yang digunakan dan mencegah terjadinya hubungan arus pendek.
“Saat ini kita wajibkan setiap pelanggan wajib memiliki SLO, jika bangunan atau rumahnya ingin dialiri listrik,” terangnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, penyebab lainnya yakni arus balik microsoft toolkit 2.6.4 pembumian disebabkan oleh cara sistem pembumian instalasi rumah yang buruk atau tidak tepat. Sistem pembumian ini, kata dia, sangat penting sebagai pengaman apabila terjadi gangguan easyworship 7 license file atau kelebihan arus listrik yang mengalir, maka akan langsung dialirkan ke dalam tanah.
Sementara itu, tombol tamper yang berfungsi sebagai pengaman meteran dari gangguan luar seperti orang yang akan membuka meteran juga menyebabkan kWh meter prabayar memberikan respon peringatan. Ketika cover dibuka, otomatis tombol temper akan menyala dan terjadilah eror lalu muncul tulisan “Periksa”.
Dia berharap, agar pelanggan atau masyarakat yang mengalami hak tersebut tidak langsung mengutak-atik kWh meter sendiri. Pasalnya, hal itu termasuk kegiatan pelanggaran, yang dapat dikenakan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL). “Ada dendanya, dan bahkan sampai pidana,” tegasnya.
Baca juga : Face Shield Bukan Alternatif Pengganti Masker
Besaran denda dan pidananya, diterangkan Suparje, berbeda untuk setiap kasus atau setiap jenis kWh meter. Pasalnya, hal tersebut dihitung berdasarkan pelanggan golongan listrik, mulai dari 450 VA hingga yang paling tinggi.
“Semakin besar pelanggarannya dan daya pelanggan, maka semakin besar pula sanksinya,” tutupnya. (*/ny)