JAKARTA – Bawang merah merupakan salah satu komoditas unggulan nasional yang mempunyai daya adaptasi luas dan nilai ekonomi cukup tinggi. Namun, salah satu kendala utama dalam budidaya bawang merah adalah adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
Dalam mengatasi masalah tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (Puslitbanghorti) telah mengeluarkan rekomendasi, yaitu dengan penerapan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Dalam konsep PHT, pengendalian OPT dapat dilakukan secara preventif, artinya sebelum ada serangan apa yang harus dilakukan dan secara kuratif artinya apa yang harus dilakukan setelah ada serangan.
Pengendalian OPT secara preventif dimulai dari pengaturan pola dan waktu tanam. Pengaturan pola tanam bertujuan untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit di suatu wilayah atau area lahan tertentu. Oleh karena itu dalam pengaturan pola tanam harus diupayakan pergiliran tanaman dengan tanaman yang tidak berasal dari satu keluarga/famili. Jika pergiliran tanaman dilakukan dalam satu famili, OPT akan selalu mendapatkan inang, sehingga siklus hidupnya berlanjut.
Langkah kedua yang direkomendasikan oleh salah satu Unit Kerja dibawah Balitbangtan ini adalah dengan pengaturan sistem tanam. Untuk mengurangi serangan OPT sistem tanam dapat dilakukan dengan sistem tumpangsari, tumpanggilir, menanam tanaman perangkap, menanam tanaman penghadang, atau menanam di dalam rumah kasa untuk menekan serangan OPT.
Salah satu hal yang penting adalah penggunaan varietas unggul. Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry dalam rilis yang diterima Jumat (24/4) mengatakan bahwa Balitbangtan telah mempunyai beragam varietas unggul baru yang dapat dipilih oleh petani sesuai agroekosistem lahan mereka.
Menurut Fadjry, selain karena selera pasar, produktivitas tinggi dan kesesuaian dengan kondisi lahan, faktor penting lain dalam memilih varietas ialah yang tahan terhadap serangan OPT. “Misalnya varietas Violetta 2 Agrihorti yang tahan penyakit bercak ungu, dimana penyakit bercak ungu menyerang pertanaman bawang di musim pancaroba baik musim hujan ke kemarau atau sebaliknya,” kata Fadjry di Jakarta.
Fadjry juga menambahkan jika petani bawang merah juga dapat melakukan budidaya diluar musim dengan menggunakan beberapa varietas unggul yang mampu beradaptasi di musim hujan. “Varietas yang sesuai untuk off season antara lain Pikatan, Pancasona, Trisula dan Mentes,” ujar dia.
Langkah selanjutnya dalam penerapan PHT adalah pengolahan lahan yang benar. Cara ini digunakan untuk menekan OPT dari dalam tanah. Oleh karena itu jeda waktu yang diperlukan dari pengolahan tanah awal sampai dengan siap tanam minimal 1 bulan. Dengan jeda waktu yang panjang, patogen dan kepompong hama di dalam tanah akan terjemur oleh sinar matahari sehingga akan mati.
Beberapa hal yang dapat membuat tanaman bawang merah lebih rentan terhadap OPT adalah ketidaksesuaian pH tanah yang akan menyebabkan tanaman menjadi kurang optimum. Selain itu tanaman yang kelebihan atau kekurangan unsur hara akan rentan terhadap serangan OPT.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah pemasangan perangkap OPT bertujuan untuk menekan populasi awal OPT agar perkembangannya tidak menimbulkan kerugian. “Salah satu perangkap OPT yang direkomendasikan adalah Feromon Exi, yang digunakan untuk menekan serangan hama ulat bawang. Biasanya dipasang sebanyak 20 buah/hektar,” imbuh Fadjry.
Selain itu bisa juga menggunakan perangkap lampu sebanyak 40 buah per hektar.Sedangkan untuk menekan populasi trips dan kutudaun, dipasang perangkap lekat warna kuning sebanyak 40-50 buah/ ha.
Dalam pengendalian OPT ramah lingkungan, peranan musuh alami harus lebih diutamakan dengan menitikberatkan pada pemanfaatan musuh alami domestik dengan cara menciptakan lingkungan yang mendukung semakin berfungsinya musuh-musuh alami secara maksimal. Beberapa musuh alami penting seperti parasitoid, predator dan cendawan entomatogen diketahui dapat menekan serangan OPT pada tanaman bawang merah.
Penggunaan biopestisida juga bisa dilakukan untuk mengendalikan OPT. Lebih dari 2300 jenis tumbuhan dari berbagai penjuru dunia diketahui dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan tidak kurang dari 100 jenis tumbuhan telah diketahui mengandung bahan aktif insektisida.
“Beberapa tumbuhan yang dapat digunakan sebagai biopestisida dan efektif mengendalikan OPT bawang merah antara lain serai wangi, babadotan, kirinyuh, tagetes, mindi, nimbi, kipahit, kacang babi, legundi, kapayang, gamal, bintaro, mengkudu, berenuk,” tandas Fadjry. (bdi)