KOLABORASI antara Hakim dan Nonita sebenarnya sudah terjalin sejak 2016 ketik pertama kali berkenalan. Namun, kerja sama tersebut hanya sebatas Hakim memotret koleksi Purana.

Kali ini, Nonita dan Hakim sama-sama bertukar ide dalam menciptakan sebuah koleksi busana. “Pada saat brainstorming, muncul ide untuk memanfaatkan kain perca yang ada di workshop. Masalahnya, waste fabric ini tak cukup untuk membuat satu koleksi,” ungkap Nonita yang sangat menaruh perhatian pada isu fashion yang ramah lingkungan.
Lantas terlintas di benak Hakim untuk mengumpulkan kain perca tersebut sehingga menjadi sebuah komposisi untuk dipotret dan hasilnya digunakan sebagai motif kain.
Tak berhenti di situ, Hakim mengolah lagi kain-kain berbahan viscose rayon tersebut dengan cara yang tak biasa, seperti menggoreng dan membekukan kain.

“Tujuannya memberikan karakter baru pada kain tersebut, karena jujur sangat sulit bila hanya mengandalkan foto kain saja,” kata Hakim yang telah merintis karier sebagai fotografer profesional sejak 2010 itu.
Purana Spring-Summer 2021Purana Spring-Summer 2021 (Foto: Dok. Purana)
Ia menggunakan minyak zaitun untuk menggoreng kain tersebut di atas kompor berapi sedang. Tak ada alasan tertentu di balik pemilihan minyak zaitun. Hanya saja, katanya, minyak zaitun terbukti aman bila diaplikasikan langsung ke kulit manusia dan dimakan mentah-mentah.
Dari situ, lahirlah koleksi berkonsep loungewear yang sangat relevan dengan era ‘work from home’ seperti saat ini. Keahlian Purana mengolah wearable outerwear serta busana yang hybrid muncul di item-item seperti kimono dress, summer coat dress, shirt dress yang tentunya multigaya untuk bisa menjadi outer maupun gaun. Motif abstrak yang tercipta dalam kombinasi warna-warna bold menciptakan kesan yang sangat kekinian.
Teknik menggoreng atau membekukan kain tergolong baru bagi Nonita yang sangat akrab dengan cara-cara tradisional seperti membatik dan menenun.
Bagi Nonita, teknik ini menjadi sebuah alternatif ketika pasokan kain batik terganggu akibat pandemi. Tak dipungkiri Nonita, material batik, jumputan dan sebagainya yang telah lama menjadi ciri khas Purana mulai ‘absen’ di beberapa koleksi Purana belakangan ini.
“Ini sebenarnya lebih banyak juga ke alasan produksi. Pandemi menyebabkan semuanya lumayan terhambat, terlebih lagi dengan partner handmade fabric kami juga sedang sangat slow. Banyak pegawai yang dirampingkan juga banyak yang mengalami shift jam kerja untuk mengurangi beban produksi dari sisi mereka. Dan ini sesuatu yang tidak bisa kami kontrol,” kata Nonita yang mendirikan Purana pada 2008.
Namun, ia berharap dalam waktu dekat koleksi Purana dengan batiknya yang khas akan kembali lagi bila situasi telah kondusif. “Awalnya (untuk koleksi ini), kami justru sudah ingin menggunakan motif batik duluan dan desainnya sudah jadi. Ide untuk menggunakan karya Hakim baru muncul setelahnya,” ungkap Nonita.
Tak mau berkompromi dengan waktu, ia pun mendahulukan kreasinya bersama Hakim. “Kami simpan kain yang handmade process untuk koleksi berikutnya. Semoga saat situasi sudah kembali normal (akan dirilis),” jelasnya. (int/sha)