Facesia.comFacesia.comFacesia.com
Font ResizerAa
  • HOME
  • NEWS
    • NASIONAL
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • DPRD
    • DPD RI
    • DPRD KALTARA
    • DPRD TARAKAN
    • DPRD BULUNGAN
    • DPRD NUNUKAN
    • DPRD MALINAU
    • DPRD KTT
  • TNI POLRI
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • FACETIGASI
  • OPINI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Reading: Ranginang, Penganan Legendaris yang Tetap Lestari
Share
Font ResizerAa
Facesia.comFacesia.com
  • FACE TVFACE TVFACE TV
  • OFFICIAL
  • HUKRIM
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • NASIONAL
  • INTERNASIONAL
  • ADVETORIAL
Search
  • HOME
  • NEWS
    • NASIONAL
  • ADVETORIAL
    • PEMPROV KALTARA
    • PEMKOT TARAKAN
    • PEMKAB BULUNGAN
    • PEMKAB NUNUKAN
    • PEMKAB MALINAU
    • PEMKAB TANA TIDUNG
  • DPRD
    • DPD RI
    • DPRD KALTARA
    • DPRD TARAKAN
    • DPRD BULUNGAN
    • DPRD NUNUKAN
    • DPRD MALINAU
    • DPRD KTT
  • TNI POLRI
  • POLITIK
  • EKONOMI
  • FACETIGASI
  • OPINI
  • FACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIALFACE TV OFFICIAL
Follow US
© 2015 Facesia.com | All Rights Reserved.
Advetorial
GAYA HIDUP

Ranginang, Penganan Legendaris yang Tetap Lestari

redaksi
redaksi
15 September 2020
Share
SHARE

RANGINANG merupakan salah satu penganan “legendaris” di Jawa Barat, bahkan juga di sejumlah daerah lainnya meskipun mungkin memiliki nama berbeda.
Terbuat dari beras ketan yang diolah dengan racikan yang sederhana, membuat ranginang menjadi makanan yang tahan lama, dan menjadi andalan di berbagai kegiatan pesta masyarakat sebagai sajian wajib yang disajikan di dalam toples kaca atua plastik.
Di Jawa Barat, ranginang selalu ada di setiap pesta untuk makanan hidangan bagi para tamu yang hadir, atau juga di rumah-rumah penduduk untuk menyediakan bila ada tamu yang datang berkunjung. Secara umum ranginan yang dimasak dengan cara digoreng dengan minyak goreng itu warnanya putih, dimana beras ketan itu mengembang sehingga renyah saat disantap.
Mungkin anak-anak muda sekarang tidak banyak yang bikin ranginang ini, karena sebagian besar pembuatnya adalah para orang tua. Resep sederhananyapun turun temurun tanpa ada yang mencatatnya.
Cara pembuatan ranginang juga tidak mudah. Bahannya adalah beras ketan putih, garam, terasi dan sedikit daun pandan wangi untuk menambah aroma.
Untuk ranginang konvensional, beras ketan itu dibersihkan seperti biasa, kemudian ditanak hingga matang. Selanjutnya beras itu dicampur dengan sedikit terasi dan sedikit cairan daun pandan wangi hingga merata.
Kemudian beras ketan yang lengket itu kemudian dibentuk bulat-bulat dengan diameter maksimal 5-7 centimeter dan ketebalan sekitar 0,5 centimeter, yang dibentuk dan dalam ayakan atau saringan yang terbut dari anyaman bambu.
Namun dalam pembuatannya jangan terlalu ditekan, karena bisa berpengaruh kepada kerenyahan ranginang saat digoreng.
Bisa juga dicetak dan diletakan di atas alat khusus yang disebut ‘beleketebe’ yang terbuat dari anyaman pelepah daun kelapa. Kemudian setelah semua tercetak bulat-bulat langsung dijemur dalam tiga hari hingga seminggu untuk mendapatkan kekeringan yang maksimal.
Setelah kering dan mengelupas sendiri, maka jadilan ranginan yang siap dikonsumsi setelah digoreng terlebih dahulu. Namun sekarang, ranginang itu sudah mulai banyak varian rasa. Selain aroma biasa juga ada aroma vanila, atau bahkan ada rasa coklat dan stowbery tergantung kreatifitas pembuatnya.
Penganan ranginan, selain menjadi santapan rakyat, juga menjadi hidangan bagi para pejabat yang hadir dalam berbagai kegiatan. Bahkan ada sejumlah pengrajin ranginang di Jawa Barat yang mengekspor ranginang ke Jepang dan beberapa negara lainnya.

Teman Ngopi
Bagi sebagian orang, makan ranginang menjadi kebiasaan mereka saat pagi hari atau mengisi senggang mereka. Hal ini biasa dilakukan oleh masyarakat di pedesaan.
Pagi hari, sambil menikmati suasana matahari terbit di pedesaan rangingan disajikan di toples di atas meja, ditemani segelas kopi dan juga ‘wajit’ (yang juga makanan legendaris). Makanannyapun diseling dengan menyeruput kopi dengan penuh perasaan dan cita rasa.
Siapapun bisa mencoba kegiatan menikmati pagi dengan ranginang, wajit dan kopi. Para orang tua biasa melakukannya sebelum melakukan aktifitas ke kebun atau tempat kerja mereka. Biasanya satu gelas kopi cukup membarengi makan satu atau dua bundaran ranginang serta satu atau dua wajit. Durasi menikmatinyapun bervariasi bisa 30 menit sebelum berangkat kerja.
Bagi ibu-ibu yang kreatif, rangingan itu juga bisa dipanggang. Selain untuk langsung disantap, juga bisa ditambah bumbu bawang, kencur, sedikit garam yang kemudian ditumbuk. Kemudian ranginang yang sudah hancur berbaur dengan bumbu itu ditambah bakar ubi kayu atau bakar pisang mengkal yang juga ditumbuk.
Selanjutnya dimasukan dua centong nasi dan ditumbuk sampai merata, maka jadilah “getuk’ atau “gegetuk” yang tak kalah enaknya untuk sarapan pagi.
Dan yang jelas cara menyimpan ranginang yang siap digoreng juga tidak susah, dan bisa disimpankan di mana saja asalkan kondisinya kering. Hanya saja untuk menjadi oleh-oleh bagi saudara, teman atau kerabat sebaiknya dalam bentuk mentah atau sebelum digoreng.
Pasalnya, bila sudah digoreng kondisinya renyah dan mudah hancur bila tertekan di sekelilingnya. Meski demikian, saat ini di gerai-gerai penjualan kuliner banyak dijual ranginan yang siap santap atau sudah digoren dengan kemasan plastik yang kebih kuat sehingga bisa mencegah ranginang remuk di dalamnya.
Penganan legendaris memang tidak bisa dan tidak perlu diperbandingkan dengan makanan-makanan praktis, siap saji, import atau yang lainnya yang diolah dengan kekinian bahkan dukungan teknologi.
Tapi justru kesederhanaan dalam memproduksinya, dan mudah untuk mengembangkan variasinya ini justeru masih menjadi peluang untuk dikembangkan.
Ranginang memang penganan legend, tak tersisih di forum yang selama ini mengandalkannya untuk hidangan para undangan. Meski volumenya mungkin tidak sebanyak masa lalu saat ranginang menjadi andalan bagi tuan rumah hajatan untuk menjamu para tamunya.
Selamati mencoba membuat ranginang, penganan legendaris yang akan tetap eksis. Untuk menjadi penganan di kafe-kafe pun, kenapa tidak?(sha)

Print Friendly, PDF & Email
Share This Article
Facebook Email Print
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Leave a review

Leave a Review Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Please select a rating!

Pencarian

Berita Terbaru

  • Peringatan Haul Bung Karno, DPC PDI Perjuangan Berbagi ke Panti Asuhan, Upaya Mencerdaskan Anak Bangsa 21 Juni 2025
  • Hipmi Kaltara Gandeng Disnaker Tarakan Gelar Forbisda dan Job Fair 21 Juni 2025
  • Haul Bung Karno, Momentum Wariskan Semangat Perjuangan ke Genarasi Muda 21 Juni 2025
  • Merasa Haknya Diambil, David Minta Ketegasan Pemerintah dan DPRD 21 Juni 2025
  • Bulan Bung Karno Panggilan Moral untuk Perkuat Nasionalisme Inklusif 21 Juni 2025
- Advertisement -

Advetorial

PT PRI Bekali Mahasiswa UBT di Acara Seminar K3 
ADVETORIAL
MODENA Perkenalkan Chest Freezer Terbaru, Solusi Andal untuk Berbagai Sektor Usaha
ADVETORIAL
PRI Peduli: Gelar Pengobatan Gratis dan Bagikan Bingkisan Natal
ADVETORIAL
Perayaan Nataru di Gereja HKBP Tarakan Berlangsung Semarak, Gubernur Ajak Warga Kaltara Tingkatkan Toleransi dan Kerjasama
ADVETORIAL
© 2025 Facesia.com | All Rights Reserved.
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Policy
  • Redaksi
  • Karir