Wellington/Sydney – Selandia Baru pada Selasa menghapus kemungkinan bahwa wabah COVID-19 yang muncul kembali di Kota Auckland terkait dengan barang kiriman atau pun produk beku.
Penyelidikan menunjukkan bahwa virus corona tidak berasal dari produk yang dikirim dari luar negeri dan disimpan di gudang beku milik perusahaan Americold di kota itu—yang sempat dicurigai karena seorang pekerjanya menjadi salah satu pasien COVID-19. “Tampak jelas sekarang ini bahwa kemungkinannya telah tersingkir dengan adanya penyelidikan itu,” kata Direktur Jenderal Kesehatan Ashley Bloomfield.
Dengan demikian, asal virus yang memunculkan wabah gelombang baru Selandia Baru masih belum diketahui, sementara penularan melalui lingkungan di gudang beku masih dipertimbangkan.
Selandia Baru sempat bebas COVID-19 selama sekitar tiga bulan, tanpa ada laporan kasus baru. Namun kemudian wabah muncul lagi secara tiba-tiba mulai pekan lalu pada empat orang anggota keluarga di Auckland—kota terbesar negara itu. Pemerintah mengambil langkah perpanjangan penguncian wilayah di kota berpenduduk 1,7 juta orang itu hingga 26 Agustus, sedangkan aturan pembatasan sosial diterapkan juga di kota-kota lain.
Sebanyak 13 kasus baru COVID-19 dilaporkan pada Selasa, menambah jumlah kasus aktif saat ini menjadi 90, dengan 69 di antaranya terkait dengan wabah Auckland. Sementara total kasus keseluruhan berada di angka 1.293, dengan 22 kematian.
Bagaimanapun, kasus yang terjadi di Selandia Baru dianggap masih sangat rendah, dibandingkan dengan kebanyakan negara besar di dunia yang angka kasusnya telah mencapai puluhan, ratusan ribu hingga jutaan.
Sehubungan dengan pemilu yang dijadwalkan pada pertengahan Okotober mendatang, Perdana Menteri Jacinda Ardern—yang mencalonkan diri kembali—mengingatkan para pemilih mengenai catatan kinerja pemerintahannya dalam menangani wabah.
“Tiap-tiap negara lain di dunia telah mengalami kenaikan jumlah kasus baru. Kita lebih lambat mengalami daripada kebanyakan negara itu, wabah kita tentu tidak sesignifikan yang kita lihat di Vietnam, Hong Kong, Korea Selatan, atau Australia,” kata Ardern dalam wawancara dengan penyiaran publik TVNZ.(sha)