KOTA Ushuaia di Negara Argentina kerap dijuluki sebagai ujung dunia. Lokasinya sendiri ada di sisi paling Selatan benua Amerika. Februari di pembukaan tahun ini, kapal pesiar yang saya tumpangi mulai bergerak menuju selatan, membuat perjalanan ini menjadi salah satu yang berkesan di pembukaan tahun.

Pertama kalinya, saya diberikan kesempatan untuk menjejakkan langkah kaki di sebuah daratan di ujung paling selatan di muka bumi. Sebuah kota kecil yang menjadi ujung pangkal dari daratan luas bernama Amerika, para pelancong dunia mengenalnya dengan sebutan Ushuaia Fin Del Mundo.
Ushuaia merupakan sebuah kota kecil di Provinsi Tierra del Fuego, Argentina. Berada bawah garis equator, praktis membuatnya menjadi titik paling selatan di muka bumi. Bepergian menuju Ushuaia dari Indonesia sendiri membutuhkan waktu yang cukup panjang. Anda akan bersiap dengan durasi penerbangan yang mencapai 48 jam atau 2 hari perjalanan.

Selain itu, ongkos yang dikeluarkan juga menguras kantong. Perjalanan menuju kota paling selatan di bumi ini memakan biaya sekitar Rp 35 juta hingga Rp 50 juta rupiah. Cukup menguras kantong bukan!

Sekilas kota ini mengingatkan saya dengan kota Valdez atau Hainess di Alaska. Topografi pegunungan berselimut salju sebagai background kota menyambut kedatangan saya di kota ini. Nampak di dermaga kota, kapal – kapal ekspedisi jalur pelayaran Antartika tengah berbaris rapi, beristirahat untuk keesokan harinya.
Udara yang cukup dingin membuat badan menggigil, sehingga tak heran hampir rata penduduk disini selalu berseragam jaket sebagai outfit utama mereka.
Tujuan saya hari ini menelusuri jalanan kota yang banyak dipenuhi pertokoan dan souvenir dari kota Ushuaia Fin del Mundo atau kota ujung dunia ini. Karena ada tugas bekerja di siang hari, sehingga saya sempatkan untuk keluar pada saat malam telah menyelimuti kota. Dengan turtle neck hitam yang dilapisi jaket kain di luarnya, sedikit membuat badan saya hangat dalam suhu yang mencapai 2 derajat celcius itu. Setidaknya cukup untuk membuat saya nose bleeding hingga dua kali waktu itu.
Malam itu, tak banyak toko yang buka. Mengingat jam kerja disana yang cukup singkat yakni sampai pukul 5 sore saja, sehingga saat saya keluar pukul 9 malam, hanya restoran dan cafe kecil yang masih membuka kedainya.
Kebetulan kawan mengajak untuk singgah di Hardrock Cafe, yang menjadi spot menarik untuk berkumpul di kota ini. Di dalamnya cukup luas, mereka menyediakan bar lounge dan gerai yang menjual merchandise original dari Hardrock Cafe.
Seperti kebanyakan gerai Hardrock Cafe pada umumnya, disini terpampang beberapa benda koleksi yang berasal dari penyanyi tersohor dunia, seperti gaun yang sempat dikenakan oleh penyanyi kondang Christina Aguillera dan penyanyi Rita Ora.
Tak hanya itu saja, mereka pun memajang gitar legendaris milik salah satu grup band terkenal di dunia, Metallica. Beberapa koleksi tersebut ditata dengan cukup rapi berdampingan dengan merchandise yang diperjualbelikan di gerainya.
Adapun souvenir yang ditawarkan disini yakni berupa kaos ikonik milik Hardrock Cafe yang bertuliskan Ushuaia dibawahnya, yang mana menandakan kaos tersebut khusus dijual di Hardrock Cafe Ushuaia. Selain kaos ikonik tersebut, mereka juga menjual beberapa model jaket dan sweater yang disesuaikan dengan keadaan suhu di sana. Cukup lengkap dan menarik menurut saya. Tak lupa, berfoto di bawah tulisan ikonik Hardrock Cafe menjadi tanda mata yang perlu diabadikan momennya.
Lepas dari Hardrock, saya bersama kawan singgah sebentar di sebuah restoran ala Amerika Latin yang menyajikan makanan dan minuman hangat, pas untuk mengganjal perut yang sedari tadi berbunyi tanda butuh asupan. Tak lama makanan pesanan pun datang, menjadi pengganjal perut yang ampuh di malam bersuhu 2 derajat tersebut.
Sambil berbincang, saya sempatkan membaca beberapa destinasi wisata yang kiranya dapat dinikmati saat berkunjung ke sini, salah satu yang terkenal adalah Padang Rumput Patagonia yang membentang di sisi Timur Tierra del Fuego dengan topografi meliputi pegunungan rendah dan dataran tinggi.
Tak heran di tempat ini banyak hidup fauna yang sangat beragam seperti rubah abu – abu Amerika Selatan dan Mara Patagonian, yakni sejenis hewan pengerat yang bentuknya mirip kelinci, hidup di habitat terbuka di sana.
Tempat ini pun banyak dijadikan lokasi syuting film seperti The Motorcycle Diaries (2004) yang memotret kisah perjalanan gerilyawan Argentina, Che Guevara dalam melintasi Amerika Selatan.
Waktu beranjak semakin larut dan saatnya bergegas kembali ke kapal untuk beristirahat. Sebuah momen berkesan dapat menikmati malam dengan suhu 2 derajat di kota di ujung dunia atau Fin del Mundo.(sha)