Sukabumi – Namanya boleh seram, Pulau Kunti. Tapi di sini tak ada hantu, yang ada hanyalah sekeping keindahan Geopark Ciletuh Palabuhanratu. Kapan ke sini? Pulau Kunti berada di ujung semenanjung area Gunung Badak kawasan Hutan Suaka Margasatwa Cikepuh atau Cagar Alam Cibanteng. Satu kawasan dengan pesona hamparan keindahan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

Dari namanya traveler bakal mengaitkan dengan hantu perempuan berambut panjang dengan suara tertawa yang menyeramkan. Tapi, tidak ada kuntilanak di pulau ini. Adalah hamparan pantai berpasir putih, deretan karang sisa lava gunung api puluhan juta tahun silam, dan rimbunan pohon yang menambah eksotik keberadaan pulau ini.
memulai perjalanan menggunakan perahu wisata menempur perjalanan sejauh kurang lebih 5 mil dengan memakan waktu selama 15 menit. Perahu wisata banyak tersedia di Dermaga Ciwaru – Palangpang. Tarif menggunakan perahu dihitung per sepuluh orang dengan harga Rp 300 – 350 ribu. Batas maksimal penumpang adalah 10 orang.

Penumpang bakal dibekali pelampung oleh pemandu sekaligus juru mudi perahu. Itu menjadi sesuatu yang wajib bagi pengelola kapal wisata di area tersebut. Sejak penetapan status masuk ke dalam jaringan UNESCO Global Geopark (UGG) tahun 2018, hamparan kawasan Pulau Kunti menjadi salah satu daya tarik wisata selain air terjun, pesawahan, rimba dan kekayaan alam lainnya di kawasan itu.
“Pulau Kunti ramai dikunjungi sejak 5 tahun lalu. Saat ini kita sudah mulai memasuki persiapan untuk perpanjangan status geoparknya. Saat melintasi Pulau Kunti kita lebih dulu melihat gundukan Pulau Mandra,” ujar Pak Saman, juru mudi yang memandu kami ke Pulau Kunti.
“Secara geologi ini dari batuan sedimen lumpur campur dengan batuan pasir bagian atas. Jadi kronologinya ini akibat plato jampang atau gunung purba jampang longsor terdorong lah ke sini. Atau kronologinya hasil karya Sungai Ciletuh yang menjadi tempat kita berangkat tadi,” sambung Saman.
Untuk Pulau Kunti, Pak Saman menjelaskan keunikannya yang terbentuk dari sesar Indo – Australi dan Kroasia yang reduksi tersingkap naik ke permukaan hingga akhirnya membentuk hamparan paling ujung di semenanjung.
Ditemani Edo, Youtubers asal Sukabumi dari Chanel “Ngaprak Lembur” begitu tiba di Pulau Kunti kami memilih untuk turun dari kapal di atas hamparan karang yang merupakan muntahan dari gunung api dasar laut yang dikenal dengan sebutan Lava Bantal. Tapi hati-hati, bebatuan di area itu cukup tajam pastikan untuk memakai sandal atau sepatu saat pertama kali menjejakan kaki.
“Pulau Kunti yang berada di ujung semenanjung terbentuk dari sedimen Batuan Melan. Itu usianya diperkirakan antara 55 juta tahun sampai 65 juta tahun itu semua hasil reduksi sesar tidak bisa dipatahkan lagi batuan itu dari laut. Karena disana itu ditemukan fossil namanya numulates,” papar Saman.
Pak Saman bukan orang sembarangan, sebagai warga setempat ia banyak dibekali ilmu soal kawasan Geopark Ciletuh dari Profesor Mega Fatimah Rosana dari Unpad yang mempelajari kawasan Ciletuh hingga ditetapkan oleh UNESCO sebagai bagian dari jaringan Global Geopark dunia.
Di kawasan Pulau Kunti terdapat ragam habitat unik, mulai dari elang jawa dan rusa. Untuk masuk ke kawasan cagar alam, wisatawan memerlukan izin berupa simaksi atau surat izin masuk kawasan konservasi.
Tidak terasa, senja mulai menyelimuti kawasan Pulau Kunti. Perahu wisata yang mengantar kami sudah berlabuh di Pasir Putih, seorang pedagang kopi dan makanan ringan mengingatkan wisatawan untuk bertolak pulang.
Keindahan matahari tenggelam tampak nyata di hadapan kami, senja merah merona mengantar kepulangan kami ke Dermaga Ciwaru – Palangpang. Sepoi angin laut sedikit meringankan rasa gerah setelah seharian mengeksplorasi sebagian kecil area Pulau Kunti.(sha)